New York – Laporan yang dipimpin oleh UNDP tersebut mengungkapkan bahwa hampir setengah dari mereka yang terdampak kemiskinan tinggal di negara-negara yang berperang dan zona konflik.
Lebih dari satu miliar orang hidup dalam kemiskinan akut di seluruh dunia, dengan lebih dari setengahnya adalah anak-anak, menurut laporan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang diterbitkan pada hari Kamis.
Laporan tersebut merupakan hasil kerja sama antara UNDP, Oxford Poverty, dan Human Development Initiative (OPHI), dan menegaskan bahwa tingkat kemiskinan tiga kali lebih tinggi di negara-negara yang dilanda perang, mengingat pada tahun 2023, dunia telah mengalami konflik dan perang terbanyak sejak Perang Dunia II.
Metodologi laporan tersebut serupa dengan yang dirilis sejak tahun 2010 oleh UNDP dan OPHI, yang meneliti data dari 112 negara dengan populasi kolektif 6,3 miliar orang. Faktor-faktor penelitian tersebut meliputi kurangnya perumahan yang layak, sanitasi, listrik, bahan bakar memasak, nutrisi, dan kehadiran di sekolah.
Yanchun Zhang, kepala statistik di UNDP, mengomentari hasil laporan tersebut, dengan mengatakan, “MPI 2024 menggambarkan gambaran yang menyadarkan: 1,1 miliar orang menderita kemiskinan multidimensi, yang 455 juta di antaranya hidup dalam bayang-bayang konflik.”
Berbicara kepada AFP, Zhang menambahkan bahwa masyarakat miskin di negara-negara yang dilanda perang membuat perjuangan untuk memenuhi kebutuhan dasar menjadi “perjuangan yang jauh lebih berat dan lebih putus asa.”
Menurut temuan tersebut, 584 juta anak menderita kemiskinan akut, yang mencakup 27,9% anak-anak di seluruh dunia, dibandingkan dengan 13,5% orang dewasa. Laporan tersebut selanjutnya menemukan bahwa tingkat kemiskinan sebagian besar terpusat di Afrika Sub-Sahara dan Asia Selatan, yang mencakup 83,2% orang termiskin di dunia.
Sabina Alkire, direktur OPHI, juga mengatakan kepada AFP bahwa konflik menghambat upaya pengentasan kemiskinan, dengan mengatakan, “Pada tingkat tertentu, temuan ini intuitif. Namun yang mengejutkan kami adalah besarnya jumlah orang yang berjuang untuk hidup layak dan pada saat yang sama takut akan keselamatan mereka 455 juta orang.”
“Hal ini menunjukkan tantangan yang nyata tetapi tidak dapat dihindari bagi masyarakat internasional untuk fokus pada pengentasan kemiskinan dan mendorong perdamaian, sehingga perdamaian yang dihasilkan benar-benar bertahan lama,” tambah Alkire.
India memiliki jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem tertinggi, yang memengaruhi 234 juta dari 1,4 miliar penduduknya. Setelah India adalah Pakistan, Ethiopia, Nigeria, dan Republik Demokratik Kongo. Bersama-sama, kelima negara ini mewakili hampir setengah dari 1,1 miliar orang yang hidup dalam kemiskinan secara global.
Implikasi dari kemiskinan meliputi kekurangan gizi, malnutrisi, dan kelaparan, yang berdampak buruk pada anak-anak. Saat genosida terus berlanjut di Gaza, sebuah laporan Washington Post pada hari Senin merinci krisis kemanusiaan yang memburuk di Gaza utara, saat Pasukan Pendudukan Israel (IOF) mengintensifkan agresi mereka di Jalur Gaza.
Laporan tersebut menyoroti strategi yang muncul yang dilaporkan digunakan oleh “Israel”, yang digambarkan sebagai pendekatan “menyerah atau kelaparan”, yang telah menuai kecaman internasional. IOF telah mengepung kamp pengungsi Jabalia dan mengeluarkan perintah evakuasi kepada sekitar 400.000 penduduk di Gaza utara, mengarahkan mereka ke Selatan ke daerah yang sudah penuh sesak dan dibombardir.
Sementara pemerintah pendudukan Israel belum secara resmi mengonfirmasi penerapan strategi tersebut, laporan menunjukkan bahwa sebagian darinya sedang dilaksanakan. Kelompok-kelompok kemanusiaan telah menyuarakan kekhawatiran atas taktik tersebut, dengan Doctors Without Borders memperingatkan bahwa ribuan orang terjebak di kamp Jabalia, menghadapi kelaparan dan menjadi sasaran IOF.
Pada bulan September, Direktur Nutrisi dan Perkembangan Anak UNICEF, Victor Aguayo, menyatakan, “Kami memperkirakan lebih dari 50.000 anak menderita kekurangan gizi akut dan membutuhkan perawatan yang dapat menyelamatkan nyawa, sekarang.” Komentarnya tersebut menyusul peringatan dari badan pangan PBB, FAO dan WFP, yang menyebut situasi di Gaza sebagai “salah satu krisis pangan dan gizi paling parah dalam sejarah.”
“Penting untuk diingat bahwa hampir setengah dari penduduk Gaza yang menderita kehancuran ini adalah anak-anak,” tegas Aguayo. Merenungkan kunjungannya baru-baru ini ke Gaza, ia berkata, “Saya melihat bagaimana perang selama berbulan-bulan terhadap warga sipil dan pembatasan yang ketat terhadap respons kemanusiaan telah menyebabkan runtuhnya sistem pangan, kesehatan, dan perlindungan, dengan konsekuensi yang sangat buruk bagi gizi anak-anak.”
Aguayo mencatat bahwa pola makan anak-anak muda “sangat buruk”, dengan “lebih dari 90 persen dari mereka hanya makan dua jenis makanan per hari – hari demi hari – selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan dalam konteks stres yang beracun dan kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.”
Ia juga memperingatkan bahwa “risiko kelaparan dan krisis gizi parah dalam skala besar di Gaza adalah nyata,” seraya menambahkan, “Hanya ada satu cara untuk mencegahnya: kita perlu gencatan senjata, segera, dan dengan gencatan senjata, akses kemanusiaan yang berkelanjutan dan dalam skala besar ke seluruh Jalur Gaza.”
Dok. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita / Kemenperin
Membumi.com
Jakarta – Realisasi investasi industri manufaktur sepanjang tahun 2024 sebesar Rp721,3 triliun atau memberikan kontribusi hingga 42,1 persen terhadap total realisasi investasi di Indonesia yang mencapai Rp1.714,2 triliun pada 2024. Adapun torehan investasi manufaktur tersebut, terdiri dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp194,3 triliun dan penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp527 triliun. Investasi manufaktur pada tahun 2024 naik signifikan dibanding realisasi tahun 2023 yang menembus Rp596,3 triliun.
“Di tengah gejolak ekonomi dan politik global yang masih belum stabil, Indonesia berhasil mencatatkan capaian positif di bidang investasi, termasuk dari sektor industri manufaktur. Hal ini menandakan bahwa kepercayaan para investor masih tinggi terhadap iklim usaha di Indonesia, dan menilai Indonesia masih menjadi negara tujuan utama investasi yang baik untuk basis produksi dan hub ekspor,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (31/1).
Merujuk data Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, realisasi total investasi pada tahun 2024 naik 20,8 persen secara tahunan (y-o-y). Capaian tersebut juga melampaui target Presiden sebesar Rp1.650 triliun (103,9 persen) dan melampaui target renstra sebesar Rp1.239,3 triliun (138,3 persen). Dari total investasi tahun 2024, mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 2.456.130 orang atau naik 34,7 persen secara tahunan (y-o-y).
Menperin menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para pelaku industri manufaktur yang telah merealisasikan investasinya di Indonesia. Sebab, komitmen mereka membawa dampak yang luas (multiplier effect) bagi perekonomian nasional, termasuk pada peningkatan serapan tenaga kerja lokal. “Ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong job creation melalui investasi,” ujarnya.
Tekad pemerintah tersebut, juga direalisasikan oleh Menperin AGK dengan mendorong Apple untuk dapat membangun pabrik di Indonesia. “Selain job creation, investasi akan dapat menciptakan nilai tambah signifikan dan kontribusi besar terhadap pendapatan negara,” imbuhnya.
Menperin menyatakan, para investor dari sektor industri manufaktur tidak perlu ragu lagi untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Pasalnya, pemerintah memiliki tekad kuat dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif dengan mengeluarkan berbagai kebijakan yang pro-industri serta memberikan kepastian hukum yang jelas agar aktivitas produksi bisa berjalan lancar.
“ Dengan melihat investasi PMA yang cukup tinggi dari sektor industri, turut mencerminkan bahwa adanya kepercayaan yang tinggi dari para investor skala global terhadap pemerintahan Bapak Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, ” paparnya.
Pada tahun 2024, subsektor industri yang memberikan andil besar terhadap realisasi PMA, yaitu industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya sebesar USD13,6 miliar atau berkontibusi 22,6 persen, kemudian diikuti industri kertas dan percetakan USD4,8 miliar (8 persen), serta industri kimia dan farmasi USD4,1 miliar (6,9 persen).
Menperin optimistis, apabila kebijakan pro-industri dapat terlaksana dengan baik, target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen dapat tercapai. “ Beberapa kebijakan yang sangat dirasakan pelaku industri, antara lain perpanjangan program HGBT, penguatan P3DN, evalusasi relaksasi kebijakan impor, serta pemberian insentif fiskal dan nonfiskal bagi industri. Kebijakan-kebijakan ini akan menjaga kebutuhan bahan baku, peningkatan investasi dan ekspor, mendongkrak daya saing sektor industri, hingga mengoptimalkan produk lokal di pasar domestik, ” sebutnya.
Menperin juga menegaskan, pihaknya konsisten untuk terus menjalankan kebijakan hilirisasi industri. Hal ini sesuai dengan salah satu misi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, khususnya pada butir kelima, yaitu melanjutkan hilirisasi dan mengembangkan industri berbasis sumber daya alam untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.
Menurut data Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, total nilai realisasi investasi di bidang hilirisasi pada triwulan IV tahun 2024 mencapai Rp134,9 triliun atau mengisi porsi investasi sebanyak 29,8 persen dari total realisasi investasi. Capaian tersebut naik signifikan dibanding periode yang sama tahun 2023 sebesar Rp109,4 triliun.
Dok. Prof. Said Aqil Siroj, KH. Salman Amrillah, KH. M. Bondan Niji dan HEM Surachmat
Membumi.com
Pekanbaru (30/01/25) – Bertempat di Saung Mitra Sunda Riau (MISURI) HEM. Surachmat didampingi Fari Suradji selaku Sekretaris dalam keterangan persnya mengucapkan syukur kepada Allah SWT bersempena akan dilaksanakannya acara Hari Lahir Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin dan Pondok Pesantren Jawahirul Ma’ani.
” Selain Harlah kedua Pondok Pesantren itu, kita juga mengadakan Manaqib Syech Abdul Qodir Al Jailani di Aula Pondok Jawahirul Ma’ani Bukit Payung Kabupaten Kampar, arah Petapahan, dekatlah dengan Bangkinang, ” Sebut Ketua Umum Mitra Sunda Riau menjelaskan.
Ba’da Ashar HEM. Surachmat juga mengungkapkan, bahwa niat awal untuk menghadirkan Prof. KH. Said Aqil Siroj sudah terkonfirmasi untuk hadir, sebagaimana telah disampaikan oleh Ketua Panitia Ustadz Bondan Niji Aljarzani. Selain itu Gubernur Riau terpilih Abdul Wahid dan Wakil Gubernur terpilih SF Harianto juga sudah terkonfirmasi untuk hadir, termasuk Forkopimda undangannya juga sudah disampaikan.
” Iya itu Ustadz Bondan bilang Insyallah Prof. KH. Said Aqil Siroj sudah positif mengagendakan kedatangannya, juga KH. Salman Amrillah juga Insyallah datang, beliau ini Juara 1 MTQ Internasional di Iran pada 2019, dan Juara 3 MTQ di Malaysia pada 2016 dan juga pengurus Jamiyatul Qurra Wa Huffaz nya NU Provinsi Jabar, ” sebut Ketum MISURI.
” Acara ini insyaallah akan dilaksanakan pada Senin, 10 Februari 2025, Pukul 19.30 Wib (Ba’da Sholat Isya sampai dengan selesai), dan bukan cuma Tausiyah, acara Harlah kedua Pondok Pesantren ini juga diramaikan dengan penampilan sekitar 15 grup Hadroh dilingkup organisasi Nahdlatul Ulama Provinsi Riau, ” ungkap HEM. Surachmat kembali menambahkan
Diakhir keterangan persnya HEM. Surachmat juga mengungkapkan, bahwa acara di Pondok Pesantren Jawahirul Ma’ani Bukit Payung Kabupaten Kampar ini juga didukung oleh Pagar Nusa, Banser, Anshor, Muslimat NU, Mitra Sunda Riau, Fatayat NU, Bintang Sembilan Al Amin, dan terbuka untuk umum, ” Silahkan datang, mari bersama kita awali Bulan Suci Ramadhan 1446 Hijriah ini dengan niat yang juga suci, semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT, ” tutup Ketum MISURI.
Dok. APAC Talent Shortage Over Time (PRNewsfoto/ManpowerGroup)
Membumi.com
Singapura (27/01/25) – Dalam Talent Shortage Survey 2025 yang dirilis ManpowerGroup, empat dari lima perusahaan di Asia Pasifik kesulitan menemukan tenaga kerja terampil. Kendala ini dialami 77% perusahaan dalam survei tersebut. Angka ini meningkat drastis dari 45% pada 2014, serta melampaui angka rata-rata global yang mencapai 74% sehingga mencerminkan kekhawatiran perusahaan pemberi kerja di beragam industri.
Survei tersebut, menjajaki 10.095 perusahaan pemberi kerja di Asia Pasifik, mengungkap sejumlah keahlian yang paling sulit ditemukan perusahaan, antara lain TI & Data (32%), Teknik (27%), serta Penjualan & Pemasaran (24%).
Menurut laporan ManpowerGroup, sektor TI di Asia Pasifik mengalami kelangkaan tenaga kerja tertinggi. Tren ini tercermin dari 81% perusahaan di sektor tersebut yang menghadapi kelangkaan tenaga kerja.
Tenaga profesional yang terampil semakin dibutuhkan ketika banyak perusahaan kini kian bergantung pada teknologi dan transformasi digital.
” Seperti terungkap dalam laporan tersebut, kelangkaan tenaga kerja yang terus terjadi, menjadi isu struktural dalam pasar tenaga kerja di Asia Pasifik yang harus dihadapi berbagai perusahaan, khususnya di sektor TI yang mencatat tingkat kelangkaan tenaga kerja tertinggi,” ujar François Lançon, Regional President, Asia Pasifik & Timur Tengah, ManpowerGroup.
“Saat pasar tenaga kerja mengalami kelangkaan, perusahaan pemberi kerja harus cepat mengambil keputusan untuk mempertahankan keterampilan kerja yang diperlukan untuk pertumbuhan bisnis, atau berkomitmen mengembangkan tenaga kerja yang dibutuhkan secara internal melalui program pelatihan dan pengembangan, ” jelas Lançon.
” ManpowerGroup berkomitmen mengatasi kesenjangan keterampilan kerja dan mengembangkan keahlian kerja baru (upskilling) dalam skala luas. Maka, kami berinvestasi dalam berbagai akademi guna mempersiapkan angkatan kerja yang mampu mengisi lapangan pekerjaan masa depan.”
Laporan ini merekomendasikan program pelatihan dan pengembangan internal. Sebanyak 35% perusahaan yang disurvei ManpowerGroup berfokus mengembangkan keahlian karyawan (upskilling) dan melatih karyawan dengan keahlian baru (reskilling) demi mengatasi kesenjangan keterampilan kerja.
Respon Perusahaan Pemberi Kerja Terhadap Kelangkaan Tenaga Kerja
Survei ini menunjukkan berbagai pendekatan yang ditempuh perusahaan untuk mengatasi kelangkaan tenaga kerja :
35% – Menjalankan upskilling dan reskilling terhadap karyawan yang telah bekerja 30% – Menaikkan gaji 26% – Lebih fleksibel dalam jadwal kerja 25% – Menyasar kumpulan tenaga kerja baru 21% – Lebih fleksibel dalam lokasi kerja
” Ketika banyak perusahaan berhadapan dengan tantangan ketenagakerjaan, pemimpin industri, pemerintah, dan lembaga pendidikan semakin perlu berkolaborasi agar generasi masa depan menguasai Keterampilan yang relevan, ” kata Lançon.