OPINI
Kita Bangga Punya Negara Islam Iran

.
Ketika rudal – rudal Iran menembus Iron Dome yang selama ini dibangga – banggakan Israel, yang kemudian berhasil meluluh lantakkan sejumlah fasilitas, gedung dan pemukiman kaum bangsa Yahudi. Netanyahu pun menjerit minta tolong sekutu abadinya Amerika.
Saya yakin, apa yang dilakukan Iran itu bukanlah bermaksud untuk membunuh bangsa yahudi atau balas dendam, tetapi memaksa Telaviv untuk mundur dari tanah Palestina dan menyatakan Palestina Merdeka.
Namun yang nak saye sampaikan disini bukan itu, tapi soal ape yang tertanam dalam pikiran sejumlah orang yang justru mengatakan, ” bukannya Iran itu syiah !? ” sehingga paradigma tersebut membuat Iran yang berpenduduk lebih kurang 90 juta jiwa tak perlu lagi dibela sebagai sesama muslim seperti kite membela Palestina.
Sejak jatuhnye Dinasti Pahlavi pade tahun 1979, Iran menapaki jalur sejarah yang sangat berbeda dari kebanyakan negara Timur Tengah lainnya. Rakyat Iran, dipimpin oleh Ayatollah Ruhollah Khomeini, berhasil menggulingkan kekuasaan Sah Reza Pahlavi yang dianggap sebagai simbol dominasi asing dan ketimpangan sosial.
Peristiwa besar ini dikenal sebagai ” Revolusi Islam Iran, “ yang tidak hanye mengubah sistem pemerintahan Iran secara total, tapi juga menjadi inspirasi bagi banyak gerakan Islam diseluruh dunia.
Saat ini Iran bukan lagi menjadi kerajaan monarki, melainkan berubah menjadi sebuah ” Republik Islam “ negara pertama didunia modern yang menjadikan hukum Islam (Syariah) sebagai landasan konstitusi dan pemerintahan.
Sistem ini menggabungkan elemen demokrasi (seperti pemilu dan parlemen) dengan otoritas keagamaan yang dipimpin oleh ” Wilayah al-Faqih ” (pemimpin tertinggi). Sejak saat itu, Iran dikenal sebagai negara yang secara tegas menjunjung prinsip – prinsip Islam dalam tata kelola negara, hukum, hingga kehidupan sosial masyarakat.
Bangga dengan Identitas Islam
Sebagai umat Islam, kite mustinye bangga dengan Iran, sebagai negara yang mampu bertahan, berdiri tegak dengan identitas keislamannya. Padahal Iran dalam tekanan, sanksi ekonomi, propaganda asing, hingga ancaman militer dari Barat dan sekutu-sekutunya.
Dalam kondisi itu Iran tetap tegar menjaga kedaulatannya. Negara ini menunjukkan bahwa kekuatan Islam bisa menjadi poros utama dalam ketahanan nasional, pengembangan ilmu pengetahuan, hingga perlawanan terhadap imperialisme global.
Meskipun dihadang oleh embargo dan sanksi internasional, Iran telah menjadi pusat kajian ilmu pengetahuan, kedokteran, hingga teknologi nuklir. Mereka mampu mengembangkan teknologi mandiri dan menjadi pelopor dalam berbagai bidang strategis.
Hal ini menjadi bukti bahwa negara dengan sistem Islam sekalipun tetap bisa unggul dan berdaulat di tengah arus globalisasi sekuler.
Iran dalam Lanskap Politik Global Hari Ini
Hingga pertengahan tahun 2025, Iran masih berada dalam sorotan dunia, terutama karena peran strategisnya di Timur Tengah dan resistensinya terhadap dominasi Amerika Serikat serta Israel. Iran juga memiliki pengaruh besar dalam dinamika geopolitik kawasan, termasuk dalam konflik di Palestina, Suriah, dan Yaman.
Dukungan Iran terhadap kelompok-kelompok perlawanan seperti Hizbullah dan Hamas menunjukkan bahwa negara ini tetap konsisten dengan visi politik luar negerinya, yaitu membela kaum tertindas (mustadh’afin) dan melawan penjajahan.
Selain itu, Iran juga menjadi anggota penting dalam aliansi-aliansi alternatif seperti ” Shanghai Cooperation Organization (SCO) ” dan menjalin hubungan kuat dengan Tiongkok dan Rusia, sebagai bagian dari upaya membentuk dunia multipolar yang lebih adil. Dalam negeri, pemilihan presiden dan parlemen masih berjalan secara reguler, dengan banyak keterlibatan masyarakat, terutama generasi muda, yang aktif dalam diskursus keislaman dan nasionalisme modern.
Meski menghadapi tantangan seperti perbedaan pandangan internal, tekanan ekonomi, dan arus modernisasi, Iran tetap memegang teguh prinsip bahwa Islam bukan hanya agama ibadah, tapi juga sistem kehidupan dan pemerintahan.
Maka dengan kondisi saat ini, penutupan Selat Hormoz sangat penting bagi Iran, dengan harapan dapat membuat negara – negara Islam berpihak kepada kemenangan Islam. Sementara disisi lain Barat akan kekurangan supply minyak dan Timur Tengah tak dapat menjual minyak.
Kunci Kemenangan di Selat Hormoz
Ingatan sayepun terbang ke tahun 2016 – 2020 dimana saye sempat bolak balik Dubai Hudaidah dalam rangka urusan dagang. Setelah mendapat izin Syah Bandar, akhirnya kami berhasil keluar menyusuri Teluk Aden yang terletak di Laut Merah antara Yaman dan Hauti disitulah saye melihat kapal perang Amerika berjejer
Disini saye sampaikan sebuah analisa kenapa Parlemen Iran menyetujui penutupan Selat Hormoz. Merupakan selat yang didalamnya terdapat pelabuhan tempat kapal minyak dan gas bumi dari berbagai negara berlabuh, dengan pintu masuk dan pintu keluar yang sama.
Jika pintu keluar masuk Selat Hormoz ini ditutup Iran, maka harga minyak dunia otomatis akan naik 2 x lipat, apa sebab ? Kapal – kapal pengangkut minyak dan gas bumi dari Kuwait, Irak, Qatar, Bahrain, Dubai, UEA, tidak lagi bisa mengambil muatan, sehingga akibatnya supply berkurang permintaan tinggi.
Maka diposisi inilah kapal induk yang tadi berjejer serta pangkalan militer Amerika tidak akan lepas dari bidikan rudal Iran dan sekutunya.
Iran bukanlah negara yang sempurna, namun semangat perlawanan, identitas keislaman yang kuat, dan kemandirian dalam menghadapi tantangan global adalah sesuatu yang layak menjadi kebanggaan umat Islam di seluruh dunia.
Ketika banyak negara Islam lainnya tergoda oleh liberalisme dan sistem sekuler, Iran tetap istiqamah memegang prinsipnya. Maka inilah alasan kenapa kita layak mengatakan, ” Kita Bangga Punya Negara Islam Iran.”
Penulis : Said Lukman – Tokoh Masyarakat Riau
.
.
.
.
.