Connect with us

OPINI

Ketika Isi Tepak Sirih Berganti Permen Manis

Published

on

Dok. Said Lukman - Tokoh Masyarakat Riau

.

Dari judul diatas, tentulah jelas ape yang nak disampaikan dalam tulisan saye ni, yaitu mengulas isi tepak sirih dalam masalah Pinangan Gelar Adat yang tak jadi diberikan kepada SF Harianto. Dalam persoalan ini ade baiknya kita ingat balek bait – bait pantun yang penuh makna karya alm. pak Tenas yang dituangkan dalam sebuah buku hijau berjudul ” Kesantunan Melayu “

Apabila Kesantunan Dijadikan Sifat
Dalam Bergaul Banyak Manfaat
Saudaraku Suke Sahabat Mendekat
Mane yang Renggang Menjadi Rapat
Mane yang Jauh Menjadi Dekat

Jadi, sebagaimane sudah saye sampaikan dulu, bahwa sejak 100 hari menjabat, perseteruan antar kedue Pucuk Pimpinan ni sudah sulit untuk ditutupi. Bukan bermaksud menyalahkan, tapi mustinye yang dituekan cepatlah memadamkan, sehingge api tak membesar. Bagi kami jika ade orang tue beri memberi nasehat, dalam adat dan budaye melayu itu hal yang biase, tapi kalaulah kedudukan pihak yang memberi nasehat dah berat sebelah, bukan menjadi penengah, make kalau sekarang ade kesah tak dibukekan pintu itu hal yang wajar.

Dengan Kesantunan, Rumah Tangga jadi Bahagia
Dengan Kesantunan, Kampung Menjadi Aman
Dengan Kesantunan, Hidup Berbilang Kaum Bangsa menjadi Aman
Dengan Kesantunan, Hidup Beramai Menjadi Rukun dan Damai

Begitulah mustinye, besarnye pengaruh dan manfaat Kesantunan dalam pergaulan, apelagi pade level Pucuk Pimpinan, mustinye menjadikan Kesantunan sebagai Jati diri, sehingga Kesantunan tu ” Mendarah Daging ” dalam Sikap, Tindakan dan Perilaku. Tapi kalau dari awal dah tak dipakai, yang Kecik dah tak tau diri, becakap dah melampau, niat dah tak lurus. Make wajarlah orang tue – tue dulu tu menyebut hal seperti itu dalam sebuah ungkapan, ” sesiape yang menanam, tentulah dio yang akan menuai. ”

Apabila Kesantunan Sudah Menjauh
Fikiran Jernih Menjadi Keruh
Sahabat Dibenci Saudara Menjauh
Kemana Pergi Memperbanyak Musuh

Disatu sisi sayepun tak habis pikir, misalnya bicara soal janji disektor pendidikan, baik sekolah negeri maupun swasta yang konon kate beliau tu tak perlu bayo, sebab akan ditanggung oleh pemerintah. Kemudian janji lapangan pekerjaan yang tidak akan memiliki banyak syarat, Dimana 60 persen perusahaan yang berinvestasi di Riau wajib mengambik budak Riau 60 persen, dan seterusnya.

Maka, kalaulah belum mampu memenuhi harapan masyarakat, janganlah membuai masyarakat dengan janji – janji manis, yang realistis ape adenye, itu lebih baik. Maka jujurlah dengan rase sirih dan kapur yang ada didalam isi tepak, kalaulah memang rasenye kelad sebut je kelad, jangan disebut manis.

Apabila Kesantunan Sudah Dilanggar
Becakap Dimajelis Bicaranya Kasar
Pendapat Orang Tak Mau Didengar
Menjadi Pemimpin Balanya Besar

Disinilah saye memahami mengapa SF Harianto tidak mau menerima amanah tersebut. Saye yakin saat ini beliau belum mampu menjalankan amanah tersebut dengan baik dan istiqamah. Sebab tanggungjawab moral penerima Gelar Adat bukanlah seperti urusan jual beli oleh – oleh dipasar bawah. 

Beban amanah itu mencerminkan bahwa seluruh rakyat Riau menitipkan suatu harapan dipundaknya, sehingga kedepan dapat menjalankan amanah dengan sepenuh hati dan siap membela harkat dan martabat Riau. Hal itu tentunya tidak terlepas apakah kewenangan sebagai Wagub sudah didelegasikan sesuai alur patutnye. Nah.

Penulis : Said Lukman – Tokoh Masyarakat Riau 

.


.

.

.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *