Connect with us

OPINI

Matinya Otonomi Daerah

Published

on

Dok. Said Lukman - Tokoh Masyarakat Riau

.

Dalam sebuah percakapan telpon dengan seorang kawan membahas soal kondisi kekinian menyampaikan, ” sekarang Gubernur dah tak ado gigi de, alias ompong tak berdaye. ” Apo sebab ?? tanyo saye, ” Smuo kewenangan dah diambek same pusat. Tanah 2 tahun tak diolah diambek same pusat. Sampai duit tabungan menganggur direkening pun sekarang diambik same pusat, ” sebut kawan ni.

” Jadi ? simpan bawah bantal je lah bende tu ye !? ”

Sambil menyumpah kawan ni pun menyebut, ” bahkan untuk mengangkat eselon 3 dan 4 sekarang Gubernur Bupati Walikota musti menengok telunjuk orang pusat. Yang pening nyo, dah bolak balek ke jakarta, telunjuk orang pusat tak jugo nampak, yang ade jari kelingking satpam yang sibuk mengupil dipos security, ” sebut kawan ni menambah kerut dikening sayo.

” Pokoknyo apo yang bisa dipelupuh smuo urusan pusat, mengambik batu harus izin pusat, nak mengurus SK guru pun ke pusat. Besok SK Camat dan Sekcam jugo urusan pusat. Tak jelas sekarang bang, sangking lamonyo urusan di pusat itu kalau tak pakai duit dah nak pensiun baru keluar SK, ” sebut kawan sayo Fajriansyah dihape yang mulai berasap.

Sayepun kemudian telayang sampai di Kediaman Kertanegara. Dari kejauhan saye tengok depan pintu rumah pak Prabowo dah menunggu si Bobby. ” Bos baru kejap ni keluar Man. Sebelum awak bentangkan Road Map menuju Negara Federal Indonesia tu, Bubarkan DPR RI itu dulu Man, ape tak guno, atau balikan ke daerah masing-masing berikan kewenangan itu ke DPD sesuai dengan konsep pemikiran Bung Hata, ” sebut si Bobby dah pandai pulak becakap Melayu.

” Untuk awak ketahui Man, selame Amerika Serikat merdeka baru sekali seluruh Gubernur dan Walikota Negara Bagian berkumpul, Itu pun setelah 57 tahun. Sementare Gubernur Bupati Walikota Indonesia lebih banyak tecoungguk di jakarta daripade di daerah. Itulah modus nak mengentam SPPD Man, ” sebut Bobby menambahkan.

” Jadi Man, hampir 20 persen duit daerah itu habis untuk perjalanan dinas saje. ” kate bini si Bobby keluo dari sebalek dinding.

Saye pikir semenjak si Bobby ni jadi ” orang dalam ” tentulah dio lebih paham ape yang diinginkan Majikan dalam membenahi kusut masainye kondisi negara ni.

” Satu lagi nak saye sampaikan Bob, semenjak Keradjaan di Nusantara khususnya di Riau dah ditaklukkan orang pusat, penyakit kemiskinan akhir nye datang melanda negeri, macam mano menurut Bang Bob ? ” Insyaallah Man, sistim negara federal tu adalah solusi terbaik untuk indonesia. Awak rapikan lah Road Map itu dulu sebelum dibentangkan, ” sebut Bobby Kertanegara mengakhiri percakapan.

Sayepun tesentak dari mimpi selayang, dan bergegas membenahi berkas.

Belum lagi soal tuntutan daerah Istimewa yang tak berkesudahan dan menimbulkan perdebatan antar para tokoh. Ade yang mintak Siak je, ade yang mintak Rengat, Pelelawan sampai Gunung Sahilan. Walaupun begitu saye bangga dengan keputusan Datuk Marjohan yang menuntut agar Riau itu Istimewa, walaupun entah kapanlah hal itu akab terwujud, bisa jadi 20 tahun lagi baru di kabulkan.

Pertanyaan sayo, apakah kita tidak mengakui keistimewaan Riau jauh sebelum Republik ini ade ?!

Walaupun nilai tawarnya rendah, apa yang disampaikan almarhum Tabrani hanya ade due Opsi : Merdeka atau Federal, yang dapat Otonomi khusus, jadilah, walaupun dah kenak begal dijalan. Inilah yang patut kite renungkan balek, dan dengan kenyataan ” matinya Otonomi Daerah ” maka Opsi Federal adalah yang terbaik dalam memenuhi hak – hak Riau dan Keistimewaan Keradjaan yang ade di Riau.

Kalau soal Istimewa tak payah de, tinggal keberanian menambahkan kalimat tu dikop surat dan disetiap plang name kantor je, dan untuk langkah awal, tinggal pasang spanduk di LAMR dan di FKPMR dengan tulisan ” SELAMAT DATANG DI DAERAH ISTIMEWA RIAU “

Penulis : Said Lukman – Tokoh Masyarakat Riau

.


.

.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *