Connect with us

Headlines

Ingin Kebijakan Rp. 200 Triliun Berkah ? Saatnya Keluar dari Jeratan Riba

Published

on

Dok. Dr. Abdul Haque Albantanie

.

Assalamualaikum Wr Wb

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Rahmat dan keselamatan semoga terlimpah atas paling mulianya Nabi dan Rasul, juga atas keluarga dan para sahabat, serta kepada yang mengikuti mereka dalam kebenaran sampai hari kiamat.

Beberapa hari terakhir publik dikejutkan dengan kebijakan ekonomi baru: pemerintah menyiapkan suntikan dana sebesar Rp. 200 triliun. Tujuannya mulia—mendorong pertumbuhan, stabilitas, dan daya beli rakyat.

Namun pertanyaan mendasar tetap ada : apakah sekadar angka triliunan ini akan membawa kebaikan, atau justru menambah beban bangsa di masa depan ?

80 Tahun Merdeka, Hutang Tak Kunjung Lunas

Lebih dari 80 tahun Indonesia merdeka, tetapi hutang—baik luar negeri maupun dalam negeri—tak pernah lunas, malah terus menumpuk.

Satu pemerintahan berganti, pemerintahan lain datang, tetapi pola pengelolaan ekonomi nyaris sama : mengandalkan utang dan sistem ribawi. Padahal Allah SWT sudah memperingatkan dengan sangat jelas:

“ Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah…”
(QS. Al-Baqarah: 276) dan di ayat lain, Allah menegaskan :

“ Apa yang kamu berikan dalam bentuk riba agar harta manusia bertambah, maka ia tidak akan bertambah di sisi Allah…” (QS. Ar-Rum: 39)

Jelas sekali, riba mungkin terlihat menambah di neraca manusia, tetapi di sisi Allah tidak ada nilai tambah, bahkan berujung kehancuran.

Mayoritas Muslim Masih Ragu

Ironis, negeri ini dihuni oleh lebih dari 275 juta jiwa, dan mayoritas adalah muslim. Tetapi justru mayoritas masih belum yakin bahwa sistem riba itu berbahaya.

Bank konvensional dianggap “ wajar ”, padahal akad ribawi di dalamnya jelas diharamkan. Sebagian beralasan, “ kalau semua pakai syariah, nanti sulit. ” Padahal, kesulitan yang sesungguhnya justru muncul karena riba dibiarkan hidup.

Harapan ke Depan

Kebijakan Rp. 200 triliun ini pasti berjalan. Pertanyaannya : benarkah akan memperbaiki ekonomi, atau hanya menjadi tambal sulam ?

Kita tentu berharap tidak ada generasi yang hanya diwarisi hutang. Namun tanpa perubahan paradigma, sulit membayangkan ekonomi ini akan benar-benar sehat.

Solusi : Syariah sebagai Jalan Keluar

Ada jalan keluar, meski butuh keberanian politik dan kesadaran ummat :

1.⁠ ⁠Kelola dengan cara syariah. Negara harus berani menata ulang sistem ekonomi.

2.⁠ ⁠Perbaiki akad perbankan nasional. Jangan lagi berbasis bunga, tapi gunakan akad syariah yang adil.

3.⁠ ⁠Siapkan Satu juta Mubaligh Ekonomi Syariah. Dibutuhkan Dai yang paham ekonomi, agar umat tercerahkan dan berani meninggalkan riba.

Penutup

Rp. 200 triliun hanyalah angka, yang menentukan berkah atau musibahnya adalah akad dan cara pengelolaannya.

Kalau masih ribawi, janji Allah berlaku : riba akan musnah, tidak bertambah sedikit pun di sisi-Nya. Namun jika syariah ditegakkan, keberkahan akan tumbuh dan menyubur.

Kini pilihan ada di tangan kita semua, ingin tumbuh dengan keberkahan syariah, atau musnah dalam jeratan riba ?

Demikian, Wabillahi taufiq wal hidayah, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Penulis : Dr. Abdul Haque Albantanie

.

.

.

.

.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *