Entertainment

Mengungkap Mitos Kebohongan Pendirian Negara Israel (II)

” Sejarah penguasaan tanah orang Palestina oleh Israel itu mengingatkan kita akan kasus Rempang, “

Published

on

Images : Said Lukman

Membumi.com

Pekanbaru – Lanjut dalam diskusi tentang Mitos Pendirian Negara Israel bersama Said Lukman (7/12/23), dilansir dari The Intercept, bahwa di tahun 1990 an Teddy Katz, seorang mahasiswa pasca sarjana Israel, mewawancarai anggota Brigade Alexandroni IDF, unit yang melakukan pembantaian tersebut, dan menulis tesis berdasarkan kesaksian mereka.

Dia hancur karenanya, dibawa ke pengadilan, dipaksa mencabut tesisnya, dan meminta maaf. Dia tidak pernah mendapatkan gelarnya. Tapi tak seorangpun sbelum Schwarz, meminta Katz mendengarkan wawancara tersebut.

Berbekal rekaman itu, bertahun tahun kemudian, Schwarz kembali lagi kepada para anggota Brigade yang kini mendekati akhir hidup mereka, dan meminta mereka untuk berbicara tentang hal – hal yang tidak boleh dibicarakan di Israel.

Baca : Tantura director: Israelis have been lied to for years about alleged 1948 massacre

Dokumenter tersebut merupakan penyelidikan yang mengungkap kengerian terhadap ingatan dan trauma individu yang berbenturan dengan narasi yang tidak tersentuh dari sebuah bangsa yang merasa yakin akan kemurniannya. 

Film Tantura ini juga dibuat lebih jelas dengan rekaman arsip Nakba yang tak terlihat dan rekonstruksi forensik modern atas kuburan massal yang telah lama terhapus dan berubah menjadi tempat parkir. 

” Ini adalah upaya untuk mempelajari kebenaran tentang apa yang terjadi di Tantura, tetapi lebih merupakan sebuah film tentang masyarakat Israel dan kerusakan akibat dosa mendasar masa lalu, ” sebutnya.

Baca : Nakba 48, Arsip yang di Takuti Israel

Dokumentasi tersebut juga mengungkap kisah yang tidak berhenti diceritakan oleh orang – orang Palestina, namun ada sesuatu yang unik ketika mendengarkannya dari para pelakunya sendiri, mereka mengatakan, ” orang orang Palestina tahu ceritanya. “

Mereka membicarakannya, dan dunia telah mendengar pendapat mereka, namun banyak negara sering kali mempercayai pihak Israel, dan Israel tidak mengakui cerita tersebut.

Faktanya, Israel tidak hanya membersihkan mereka secara etnis, mengusir mereka, menolak mereka kembali, namun juga merampas kisah sebenarnya dari mereka, merampas hak mereka untuk mengingat, dan itu sangat buruk, ungkapnya yang berharap film tersebut jadi pengakuan atas apa yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina.

Schwarz tahu ketika dia mulai menceritakan kisah Tantura, maka akan terjadi hal yg sama seperti tesis Katz, karena dia sedang menyelidiki sebuah bab sejarah Israel yang tidak ingin diganggu oleh siapapun disana. 

Baca : Haifa University’s scandalous treatment of Teddy Katz, stripping him of his MA

Seperti ingatan istri Katz dalam film tersebut, bahwa tesis suaminya menimbulkan skandal, beberapa orang mengatakan kepadanya, ” dengar, kami tahu hal itu terjadi, tapi mengapa mengatakannya ? mengapa membicarakannya ? “

Dalam salah satu adegan Tantura yang paling mengharukan, Katz yang dalam penderitaannya telah beberapa kali terkena stroke hingga tersadai di kursi roda bertanya kepada Schwrtz, ” apakah dia siap diburu seperti saya ? ” 

Disatu sisi, film Schwrtz mendapat penolakan keras yang sama seperti tesis Katz. Tantura adalah salah satu film yang paling banyak dibicarakan di Israel dalam beberapa tahun terakhir, dan menjadi salah satu film yang dikutuk. 

Terkait hal tersebut, Said Lukman mengatakan, “ sejarah penguasaan tanah orang Palestina oleh Israel itu mengingatkan kita akan kasus Rempang, dimana penduduk asli Melayu yang sudah bermukim dari nenek moyang mereka disana mau digusur atas kepentingan Oligarki, “ ungkap Said yang juga merupakan tim advokasi masyarakat Rempang.

Baca : Gugatan Class Action di Siapkan, Amien Rais Kembali Kunjungi Rempang

” Pola penggusuran masyarakat Rempang dengan menggunakan aparat Kepolisian bersenjata, gas air mata, serta adanya narasi yang memutar balikan fakta adalah tindakan pelanggaran HAM yang bertentangan dengan semangat UUD 45, dan sangat tidak menghargai kontribusi besar orang Melayu kepada Republik ini, ” ungkap Said Lukman mengakhiri ulasan edisi keduanya. 

Source : The Intercept 

Bersambung…

.

.

.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version