UOB ACSS 2023 Ungkap Trend Positif ditengah Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi
” Meski kekhawatiran konsumen ASEAN yang tetap tinggi tentang inflasi, kami gembira bahwa konsumen masih antusias menyambut digitalisasi dan era teknologi yang baru.”
SINGAPURA – (23/08/23) Riset unggulan UOB ASEAN Consumer Sentiment Study (ACSS) 2023 mengungkap, lonjakan inflasi dan biaya hidup telah memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi di ASEAN, sedangkan, tingkat adopsi dan penggunaan perbankan digital serta alat pembayaran digital mengalami perkembangan pesat.
Lebih dari 70% responden UOB ACSS 2023 menilai, negaranya akan mengalami perlambatan ekonomi pada tahun depan[1]. Sentimen ini memudarkan harapan akan pemulihan ekonomi meski sentimen negatif tersebut relatif tidak berubah dari tahun lalu.
Riset ini juga mengungkap, responden semakin memilih layanan perbankan digital seperti aplikasi perbankan seluler, dan metode pembayaran yang lebih modern seperti dompet elektronik (e-wallet) pembayaran dengan kode QR, platform pembayaran e-commerce, dan kartu debit atau kredit pada dompet seluler (mobile wallet).
Memasuki tahun keempat, riset UOB ACSS dilakukan pada 1-26 Juni 2023, serta melibatkan 3.400 responden lewat kanal daring. Responden ini berasal dari Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Untuk pertama kalinya, UOB berkolaborasi dengan konsultan manajemen global Boston Consulting Group untuk menyusun ACSS.
“Meski UOB ACSS 2023 mengungkap kekhawatiran konsumen ASEAN yang tetap tinggi tentang inflasi, baik di Singapura dan negara maju lain, kami gembira bahwa konsumen masih antusias menyambut digitalisasi dan era teknologi yang baru.”
” Sebagai barometer sentimen ekonomi regional, serta memuat sejumlah indikator relevan seperti tingkat belanja dan pola perilaku finansial dan teknologi, UOB ACSS 2023 memberikan analisis penting bagi konsumen dan pelaku bisnis. Dengan demikian, konsumen dan pelaku bisnis dapat beradaptasi dan siap menghadapi kondisi ekonomi yang saat ini tidak menentu,” ujar Jacquelyn Tan, Head, Group Personal Financial Services, UOB.
” Meski kekhawatiran konsumen ASEAN yang tetap tinggi tentang inflasi, kami gembira bahwa konsumen masih antusias menyambut digitalisasi dan era teknologi yang baru.”
“Sebagai lembaga keuangan, berdasarkan tren dan analisis UOB ACSS 2023 tentang isu-isu utama yang dihadapi konsumen, serta pola menabung, pola keuangan, dan pola digital konsumen, kami mempelajari profil nasabah di ASEAN.
Hal tersebut juga membantu kami untuk memenuhi kebutuhan nasabah, serta meningkatkan interaksi dengan nasabah. Dengan demikian, nasabah dapat beradaptasi dengan lanskap perbankan dan digital terkini, serta menangkap peluang di tengah kondisi ekonomi saat ini guna mencapai ambisi finansial.”
Inflasi memudarkan harapan pemulihan ekonomi, namun optimisme tetap terjaga
Lonjakan inflasi menjadi salah satu isu utama di ASEAN. Sebanyak 63% responden mengungkap kekhawatiran tentang isu tersebut, sedangkan, 57% responden enggan menambah belanja rumah tangga. Warga Singapura menjadi responden yang paling khawatir atas kedua isu tersebut. Sebanyak 71% dan 64% responden di Singapura masing-masing merasa khawatir atas isu lonjakan inflasi dan biaya rumah tangga.
Tiga isu keuangan yang paling utama di ASEAN berkaitan dengan kemampuan menyisihkan uang untuk menabung (37%), kemampuan membeli kebutuhan esensial (31%), serta mempertahankan gaya hidup yang telah dijalani (28%). Di sisi lain, tagihan utilitas (42%) dan kebutuhan rumah tangga (34%) merupakan dua jenis pengeluaran terbesar konsumen, diikuti layanan pesan-antar/belanja makanan dan pendidikan anak (31%) pada posisi ketiga.
Dari sisi belanja kebutuhan nonesensial (discretionary spending), sebagian besar responden mengurangi anggaran belanja perhiasan (38%) dan bersantap di restoran (34%), diikuti perlengkapan rumah dan furnitur (32%).
Kendati demikian, optimisme tetap terjaga, sebab tiga dari lima pasar di ASEAN mengharapkan kondisi keuangan yang lebih baik pada Juni tahun depan. Vietnam memiliki tingkat optimisme tertinggi (76%), disusul Indonesia (74%) dan Thailand (68%). Tren ini sesuai dengan pandangan UOB pada Semester II-2023, yakni sentimen akan membaik ketika tingkat suku bunga regional bergerak stabil dan pertumbuhan ekonomi berjalan dengan baik.
“Sebanyak 63% Lonjakan inflasi menjadi salah satu isu utama di ASEAN, sedangkan, 57% responden enggan menambah belanja rumah tangga.”
Di Singapura, dua kondisi keuangan yang paling menimbulkan kekhawatiran responden adalah kemampuan menyisihkan uang untuk menabung (42%) dan merencanakan masa pensiun (37%), sedangkan, kemampuan membeli kebutuhan esensial dan mempertahankan gaya hidup yang telah dijalani sama-sama berada di posisi ketiga (31%).
Sebanyak 43% konsumen yang disurvei juga menilai, pengeluaran untuk tagihan utilitas telah membengkak dalam satu tahun terakhir. Di sisi lain, 34% responden menilai, pengeluaran kebutuhan rumah tangga semakin besar, dan 32% responden menghabiskan lebih banyak uang untuk biaya perjalanan sehari-hari. Lebih dari seperempat warga Singapura juga mengalokasikan anggaran belanja yang lebih besar, dan angka ini bertambah 6% dari tahun lalu.
Akibatnya, konsumen kini lebih sedikit menabung, dan 23% responden mendukung pernyataan tersebut. Generasi Z merupakan kalangan yang paling konservatif, sebab 48% di antaranya berencana meningkatkan tabungan tahun ini, dibandingkan angka rata-rata nasional yang mencapai 35%. Di sisi lain, Generasi Y memprioritaskan investasi, dan 30% di antaranya menyisihkan uang untuk investasi, dibandingkan angka rata-rata nasional yang mencapai 24%.
Terlepas dari sentimen ekonomi, UOB memprioritaskan perspektif jangka panjang dalam perencanaan aset (wealth planning) sambil mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko. Dalam setiap fase dari sebuah siklus ekonomi, UOB menganjurkan nasabah agar menyusun rencana keuangan yang baik, mencakup pengeluaran penting, proteksi, serta mengembangkan aset.
Misalnya, investor muda sebaiknya mengambil langkah kecil namun stabil untuk mencapai target finansial, serta menabung sekaligus mengambil manfaat investasi pada tahap awal. Salah satu caranya adalah menggunakan UOB SimpleInvest, platform investasi digital yang mengutamakan target dan profil risiko nasabah.
UOB SimpleInvest juga menawarkan empat solusi investasi yang dikelola secara aktif, dan dua di antara solusi ini memakai analisis Chief Investment Office, UOB Private Bank. Dengan solusi dan produk untuk fase kehidupan yang berbeda-beda, UOB memiliki penawaran bagi setiap kelompok nasabah supaya setiap kebutuhannya terpenuhi.
Adopsi perbankan digital dan metode pembayaran digital terus meningkat
Konsumen ASEAN semakin sering menggunakan layanan perbankan pada perangkat seluler untuk memenuhi kebutuhan finansial. Lebih lagi, konsumen ASEAN juga menyambut baik teknologi seperti platform terkonsolidasi untuk data keuangan. Hampir 55% responden kian sering memakai aplikasi perbankan seluler sepanjang tahun lalu, sedangkan, perbankan Internet lewat peramban web berada di posisi kedua dengan 35% responden.
” Hampir 55% responden kian sering memakai aplikasi perbankan seluler sepanjang tahun lalu, sedangkan perbankan Internet lewat peramban web berada di posisi kedua 35%.”
Secara terpisah, tingkat penggunaan platform data keuangan terkonsolidasi bertambah 20% di seluruh ASEAN. Thailand dan Vietnam merupakan negara dengan pengguna yang paling antusias di ASEAN. Sementara, di Singapura, satu dari lima Generasi Y semakin sering memakai platform seperti SGFinDex yang menyajikan informasi finansial pengguna secara terkonsolidasi.
Nasabah UOB pun tidak hanya dapat mengakses SGFinDex lewat aplikasi UOB TMRW, UOB bahkan menjadi bank pertama yang mengintegrasikan SGFinDex dengan Portfolio Advisory Tools. Maka, penasihat klien UOB dapat memonitor, mengelola, dan mengoptimalkan portofolio aset nasabah secara lebih holistis.
Data penting lainnya, tingkat kunjungan kantor cabang UOB meningkat 17% di ASEAN. Tren ini mencerminkan, nasabah masih memanfaatkan interaksi tatap muka untuk mendukung berbagai kanal digital yang telah tersedia. Di Singapura, lebih dari setengah responden memilih platform digital untuk layanan sederhana, seperti mengajukan permohonan kartu kredit dan debit, serta mengecek status rekening.
Namun, nasabah tersebut memilih layanan fisik atau kombinasi dari sejumlah kanal untuk transaksi kompleks, seperti transaksi bernilai besar, mengajukan permohonan atau pembiayaan ulang (refinancing) pinjaman perbankan, serta membeli asuransi.
Hal ini sangat sesuai dengan pendekatan multikanal UOB yang melibatkan model interaksi nasabah secara daring-ke-luring (online-to-offline). Efektivitas pendekatan multikanal juga telah terbukti, sebab nasabah multikanal tergolong nasabah yang paling aktif, serta berinteraksi dan bertransaksi hingga 20 kali lebih sering dibandingkan nasabah tradisional.
Pada segmen pembayaran, konsumen ASEAN menjadi pengguna aktif teknologi terkini. Metode pembayaran dengan dompet elektronik kode QR mendominasi metode pembayaran regional, dan 56% responden telah memakai metode pembayaran tersebut pada tahun lalu.
Platform pembayaran e-commerce berada pada posisi kedua dengan 49% responden. Platform ini juga menjadi metode pembayaran yang paling ingin dicoba oleh konsumen, dan 22% responden ingin menggunakan platform ini pada tahun depan.
Di Singapura, konsumen masih memilih metode pembayaran lewat platform perbankan ketimbang platform pihak ketiga. Di sisi lain, kartu kredit dan debit dalam bentuk fisik menjadi metode pembayaran yang paling digemari konsumen setelah dipilih oleh 62% responden.
Kartu kredit dan debit yang tersedia pada dompet seluler, serta layanan Peer-to-Peer berada pada posisi kedua dengan 50% responden. Seperti responden lain di tingkat ASEAN, warga Singapura paling tertarik mencoba metode pembayaran dengan kartu kredit atau debit pada dompet seluler pada tahun depan, dan 20% responden berniat melakukannya.
Dengan jangkauan terluas di ASEAN, UOB siap melayani kebutuhan nasabah secara lintaswilayah di tingkat regional. Kartu pembayaran regional UOB, memberikan bonus dan fasilitas yang sama bagi setiap pemegang kartu di gerai mitra di ASEAN, didukung ekspansi UOB dalam metode pembayaran lintas wilayah dan solusi transfer dana di pasar-pasar utama seperti Malaysia dan Thailand, mendukung perkembangan UOB sebagai bank ritel pilihan konsumen di ASEAN.
Keterlibatan UOB dalam program koneksi pembayaran lintaswilayah yang digagas pemerintah juga akan memperkuat profil UOB dan tingkat penggunaan layanannya di ASEAN. Hal tersebut pun semakin mempermudah nasabah regional.
Mengutamakan Personalisasi
Sebagian besar konsumen ASEAN terbuka untuk membagikan data keuangannya dengan bank. Konsumen juga mendukung informasi ini digunakan untuk merekomendasikan produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.
Lebih dari 70% responden merasa nyaman membagikan data keuangan pribadi agar dikonsolidasikan oleh bank pada satu platform. Sebanyak 83% responden ingin melakukan hal tersebut lewat aplikasi perbankan ketimbang penyedia layanan lain seperti aplikasi e-commerce/belanja dan aplikasi multilayanan.
Di antara responden ini, lebih dari 90% ingin menerima rekomendasi produk dan layanan yang telah dipersonalisasi menurut kebutuhannya pada aplikasi perbankan. Besarnya permintaan konsumen akan personalisasi ini terlihat jelas pada seluruh kelompok usia, tingkat penghasilan, dan gender yang disurvei UOB.
Personalisasi merupakan salah satu pilar penting UOB. Dari penawaran dan bonus bagi nasabah berdasarkan pembelian yang telah dilakukan, hingga kartu informasi yang dikirim lewat aplikasi UOB TMRW berdasarkan pola pengeluaran, serta notifikasi yang dikirim kepada nasabah ketika tingkat suku bunga tabungan yang lebih tinggi segera tersedia, UOB berkomitmen melakukan hal yang tepat bagi nasabah dengan mendukung jati dirinya.
Tentang UOB
UOB adalah bank terkemuka di Asia. UOB memiliki kantor pusat di Singapura dan anak usaha di Tiongkok, Indonesia, Malaysia, Thailand, serta Vietnam. Lebih lagi, UOB didukung jaringan global yang mencakup sekitar 500 kantor cabang dan perwakilan di 19 negara dan wilayah yang tersebar di Asia Pasifik, Eropa, dan Amerika Utara.
Sejak terbentuk pada tahun 1935, UOB berkembang secara organik dan melakukan sejumlah akuisisi strategis. Kini, UOB meraih peringkat kredit tertinggi sebagai salah satu bank terbaik di dunia: Aa1 dari Moody’s Investors Service, serta AA dari S&P Global Ratings dan Fitch Ratings.
Selama hampir sembilan dekade, UOB menjalankan pendekatan yang memprioritaskan nasabah untuk menciptakan nilai tambah jangka panjang. Untuk itu, UOB selalu menyediakan layanan yang relevan dengan menjunjung tinggi jiwa kewirausahaan dan melakukan hal yang benar bagi nasabah. UOB juga membangun masa depan ASEAN bagi masyarakat dan pelaku bisnis di ASEAN, serta terlibat dalam perkembangan ASEAN.
UOB menghubungkan pelaku bisnis dengan berbagai peluang di ASEAN melalui jangkauan regional terbaik. UOB juga memanfaatkan data dan analisis untuk berinovasi dan menciptakan pengalaman serta solusi perbankan yang dipersonalisasi menurut kebutuhan dan preferensi setiap nasabah yang terus berkembang.
UOB pun berkomitmen membantu pelaku bisnis membangun masa depan berkelanjutan dengan meningkatkan inklusi sosial, membuat dampak positif bagi lingkungan hidup, serta mencapai kemajuan ekonomi. UOB memegang prinsip sebagai penyedia jasa keuangan yang bertanggung jawab, serta selalu mendukung pembangunan sosial, terutama di bidang seni, anak-anak, dan pendidikan sekaligus melakukan hal yang benar demi masyarakat dan pemangku kepentingan.
Jakarta – Kementerian Perindustrian menindaklanjuti proposal rencana investasi baru Apple di Indonesia. Rencananya Apple akan berinvestasi sebesar USD100 juta atau sekitar Rp1,58 triliun (kurs Rp15.800) di Indonesia selama dua tahun.
Kementerian Perindustrian kemudian membahas proposal yang diterima pada 19 November 2024 tersebut. “Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan Kementerian Perindustrian dalam mengkaji isi proposal yang disampaikan oleh Apple tersebut,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif ketika di Kementerian Perindustrian, Kamis (21/11).
Secara singkat, Jubir Kemenperin memaparkan isi proposal yang disampaikan oleh Apple meliputi rencana investasi selama dua tahun dengan nilai USD100 juta, termasuk di dalamnya Pembangunan development center, Pembangunan Apple Academy di Bali dan Jakarta, serta pembangunan pabrik komponen mesh Airpod Max.
Febri menjelaskan, Kemenperin mempertimbangkan apakah nilai investasi Apple sebesar USD100 juta ini berkeadilan bagi Indonesia jika dibandingkan nilai investasi Apple di negara-negara lain seperti Vietnam dan Thailand. “Kami berpendapat bahwa tidak fair juga disebut-sebut menaikkan investasi hingga 10 kali lipat. Seharusnya kita melihat apakah nilai USD100 juta tersebut berkeadilan atau tidak bagi Indonesia, dibandingkan dengan negara tujuan investasi Apple lainnya seperti India, Vietnam, dan Thailand,” tegasnya.
Kemenperin juga menimbang apakah nominal rencana investasi tersebut berkeadilan terhadap investasi para produsen produk handphone, komputer, dan tablet (HKT) lain di Indonesia.
“Seperti yang kita tahu, bukan hanya Apple yang berinvestasi memanfaatkan pasar domestik. Kita sedang menilai apakah nilai tersebut berkeadilan dan sesuai dengan target pemerintahan Prabowo-Gibran untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8% dengan banyak menyerap tenaga kerja. Begitu juga harapan Kemenperin untuk investasi ini,” jelas Jubir Kemenperin.
Ia menambahkan bahwa Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menghendaki Apple untuk mulai bekerja sama dengan industri dalam negeri untuk mengintegrasikannya dengan Global Value Chain (GVC) Apple. Hal ini juga akan memberikan dampak positif bagi sektor industri manufaktur di tanah air, termasuk menyerap tenaga kerja pada industri yang masuk dalam GVC Apple.
Febri menekankan bahwa Kemenperin mencatat masih ada komitmen investasi Apple pada proposal periode 2020-2023 sebesar Rp271 Miliar yang belum direalisasikan. Hal tersebut yang membuat Kemenperin belum mengeluarkan sertifikasi TKDN dan izin impor untuk iPhone 16 series. “Sehingga kami berharap Apple menaati regulasi di Indonesia dengan tetap merealisasikan sisa investasi tersebut,” ucapnya.
Selanjutnya, Febri menyampaikan Kemenperin berencana mengubah Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 29 Tahun 2017 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri Produk Telepon Seluler, Komputer Genggam, dan Komputer Tablet, terutama pada skema investasi. Perubahan ini berdasarkan pertimbangan Kemenperin tentang perubahan struktur industri HKT di Indonesia dibandingkan dengan beberapa tahun lalu.
Baku (18/11/24) – PT PLN (Persero) menjalin lima kerja sama strategis dalam transisi energi di Indonesia dengan lima mitra internasional pada perhelatan Conference of the Parties (COP) 29 di Baku, Azerbaijan. Kerja sama pendanaan, teknologi, dan pengembangan sumber daya manusia ini untuk mendukung pengembangan infrastruktur energi bersih di Indonesia guna mencapai swasembada energi yang berkelanjutan.
Kolaborasi global ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding dan Grant Agreement antara PLN dan lima mitra internasional dalam acara bertajuk “Leading the Charge: Strategic Partnership to Catalyze Decarbonization”. Kelima mitra tersebut yakni United Kingdom Export Finance (UKEF), Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW), Sembcorp Utilities Pte Ltd, Transportasi Gas Indonesia (TGI), dan Global Energy Alliance for People and Planet (GEAPP).
Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia dalam COP29, Hashim Djojohadikusumo menjelaskan bahwa kehadiran Indonesia di COP 29 menandai komitmen kuat Presiden Prabowo Subianto untuk menanggulangi perubahan iklim. Oleh sebab itu, Ia mengajak seluruh pihak untuk menghadapi tantangan ini dan menangkap peluang yang muncul ke depan.
“Perubahan iklim global menghendaki suatu solusi global. Tak ada negara yang bisa menghadapinya sendiri. Satu-satunya cara untuk terus melangkah maju adalah melalui kolaborasi,” ujar Hashim.
Hashim menyampaikan, Pemerintah Indonesia telah meluncurkan strategi baru dalam transisi energi melalui penambahan kapasitas pembangkit energi hijau untuk 15 tahun ke depan. Pihaknya akan menambah 75% atau sekitar 75 gigawatt (GW) dari total 100 GW pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. Strategi ini sejalan dengan visi pemerintah untuk menyediakan energi yang bersih dan terjangkau melalui swasembada energi.
“Kami berterima kasih kepada para mitra internasional atas kerja kerasnya dalam membantu kami memerangi perubahan iklim. Presiden Prabowo telah memberikan mandat untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, Presiden memiliki strategi baru dalam mendorong pertumbuhan ekonomi 8%, salah satunya melalui transisi energi,” ungkapnya.
Sejalan dengan hal tersebut, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menjelaskan, PLN berkomitmen penuh menjalankan transisi energi di Indonesia sekaligus mendorong target pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam proses itu, PLN terus meluaskan jaringan kolaborasi hingga tingkat global guna menyukseskan proyek transisi energi yang berkelanjutan.
Ia merinci, PLN menjalin kerja sama pendanaan hijau dengan beberapa mitra global, salah satunya UKEF, lembaga pendanaan ekspor Pemerintah Inggris. Melalui kerja sama ini, UKEF dan PLN akan mengkaji peluang pembiayaan proyek energi terbarukan di Indonesia, khususnya pada pembangunan jaringan transmisi yang mendukung integrasi sumber energi bersih. Selain itu, kedua pihak juga sepakat bekerja sama untuk meningkatkan kapasitas pegawai PLN dalam pengembangan energi terbarukan.
“Kolaborasi ini akan memperkuat kemampuan Indonesia dalam mengelola dan mengembangkan infrastruktur energi hijau,” ujar Darmawan.
Selain dengan UKEF, PLN juga menggandeng KfW, development bank asal Jerman untuk pembiayaan proyek transisi energi di Indonesia serta studi keberlanjutan sosial dan lingkungan. Kesepakatan ini mencakup pengembangan proyek energi bersih, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pumped Storage dan transmisi yang menghubungkan ke pembangkit hijau. Dalam kesempatan ini, PLN dan KfW juga menandatangani Grant Agreement untuk pelaksanaan studi Environmental and Social Impact Assessment (ESIA) proyek pembangkit energi bersih di Indonesia.
“Proyek-proyek ini bertujuan untuk menstabilkan pasokan listrik dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, terutama pada saat beban puncak. Selain itu, kesepakatan hibah juga ditandatangani untuk mendanai studi dampak lingkungan dan sosial bagi proyek-proyek PLTA ini, memastikan pelaksanaan yang berkelanjutan,” ujar Darmawan.
Bukan hanya itu, PLN melalui subholding PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) juga melakukan penandatanganan Joint Development Framework Agreement (JDFA) dengan Transportasi Gas Indonesia (TGI) dan mitra asal Singapura, Sembcorp Utilities Pte Ltd untuk pengembangan proyek transportasi hidrogen hijau dari Sumatra ke Singapura. Proyek ini akan mengeksplorasi pemanfaatan infrastruktur jalur pipa milik TGI dan diharapkan dapat meningkatkan perdagangan energi lintas negara serta kapasitas produksi hidrogen hijau di Indonesia.
“Inisiatif ini menunjukkan peran PLN dalam memajukan ekosistem hidrogen regional yang sejalan dengan komitmen strategis kami untuk mendiversifikasi sumber energi hijau dan mengurangi emisi,” tegas Darmawan.
Selain itu, dalam kegiatan ini, PLN bersama GEAPP meluncurkan program “Renewable Energy Access for Last Mile”. Program kolaborasi antara PLN dan GEAPP ini berfokus pada peningkatan akses energi terbarukan dan mendorong dedieselisasi untuk pulau-pulau terpencil di Indonesia.
“Kolaborasi ini bertujuan untuk mengatasi tantangan akses energi di wilayah-wilayah yang terisolasi, mendukung komitmen Indonesia dalam memastikan energi yang berkeadilan dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat,” ucap Darmawan.
Darmawan menambahkan, pihaknya akan terus mengeksplorasi potensi kolaborasi dengan berbagai pihak, baik nasional hingga global. Kerja sama yang dilakukan kali ini merupakan salah satu langkah proaktif PLN dalam upaya transisi energi yang berkelanjutan.
“Kami tidak bisa melakukannya (transisi energi) sendiri. Kami percaya, dengan bersatu dan berkolaborasi, apapun tantangannya, kami akan terus bergerak maju, bukan hanya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, namun juga menciptakan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan pada saat yang sama, memainkan peran besar dalam komunitas global untuk menyelamatkan bumi,” tutup Darmawan.
Flores (18/11/24) – Sejumlah bandara dan penerbangan di sekitar wilayah erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) telah kembali beroperasi normal menyusul berkurangnya penyebaran abu vulkanik.
Hingga Senin (18/11), beberapa bandara yang sebelumnya sempat ditutup telah kembali beroperasi, antara lain Bandara Frans Sales Lega Ruteng dan Bandara H. Hasan Aroeboesman Ende, Bandar Udara Soa Bajawa, Bandara Komodo Labuan Bajo, Bandara Wunopito Lembata, Bandara Gewayantana Larantuka, Bandara Waingapu, Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima, dan Bandar Udara Lede Kalumbang Tambolaka. Sedangkan bandara yang masih belum beroperasi yakni Bandara Fransiskus Xaverius Seda, Maumere.
“Aktivitas sejumlah penerbangan di bandara yang telah dibuka juga sudah kembali normal. Di Bandara Komodo Labuan Bajo, misalnya, maskapai penerbangan melayani penumpang dengan normal,” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan Budi Rahardjo, di Jakarta, Senin (18/11).
Di samping itu, kondisi pelayaran di sekitar wilayah erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki juga terpantau aman. Hal ini terlihat dari kondisi gelombang, angin dan arus serta jarak pandang yang aman untuk pelayaran.
Terkait dampak erupsi gunung Lewotobi Laki-laki, evakuasi wisatawan telah berlangsung sejak tanggal 10 hingga 18 November 2024, dengan jumlah penumpang 5.282 orang dan dilayani 132 kapal. “Saat ini KNP. Chundamani sandar Labuan Bajo untuk standby keadaan kedaruratan,” imbuh Budi.
Adapun untuk angkutan penyeberangan rute Larantuka – Kupang pada kurun 1 – 11 November 2024 telah memberangkatkan 1.538 orang, 74 unit kendaraan roda dua, 21 unit kendaraan roda empat dan 33 unit kendaraan roda enam yang dilayani 5 kapal. Lalu rute Kupang-Larantuka pada periode 3-14 November 2024 memberangkatkan 1.798 orang, 96 unit kendaraan roda dua, 30 unit kendaraan roda empat dan 54 unit kendaraan roda enam, yang dilayani oleh 5 kapal.