Entertainment

ASPIRIN OBAT COVID 19 ?

” Darah pasien covid sangat lengket” karena penyakit tersebut telah meningkatkan produksi faktor pembekuan hati “

Published

on

Foto : Illustrasi

Membumi.com

Pesan berantai yang menyatakan bahwa Rusia bukan satu-satunya negara yang melakukan otopsi terhadap korban COVID-19 adalah Hoaks, nyatanya Amerika, Italy, Jerman dan Inggris juga telah melakukan Studi Otopsi. Dan info yang menyatakan bahwa WHO melarang dilakukannya Otopsi kepada mayat yang meninggal akibat Covid 19 juga Hoaks. Hal inilah yang menjadi perbincangan dan pertanyaan publik, apa sebenarnya yang menjadi penyebab tingginya angka Kematian yang diakibatkan oleh Covid 19, apa betul Aspirin bisa mengobati ?

TEMUAN HASIL OTOPSI

Berdasarkan Studi otopsi yang pernah dilakukan oleh para peneliti di Eropa menunjukkan kesamaan, yaitu pasien yang meninggal memiliki berbagai riwayat penyakit penyerta yang disebut dengan komorbiditas, antara lain seperti diabetes, penyakit jantung, kanker hingga penyakit bawaan lainnya. Dan paru-parulah organ yang paling terdampak infeksi.

Paru menjadi target virus corona karena memiliki banyak reseptor ACE2, yang berpotensi menjadi inang virus tersebut. Selain paru, reseptor ACE juga banyak terdapat pada hati dan ginjal serta sirkulasi (larut dalam) darah. Hal tersebut diungkapkan oleh Prof David Muljono selaku Deputy Director Eijkman Institute of Molecular Biology. “Jika dibelah virus ini terdiri dari membran, selubung, glycoprotein yang bentuknya menyerupai paku, dan RNA. Glycoprotein akan mengait ke sel inang (reseptor) untuk memulai terjadinya infeksi.

Berdasarkan studi otopsi yang dipublikasikan sekitar April 2020 lalu mengungkapkan peneliti menemukan bobot organ paru pasien yang meninggal karena Covid-19 memiliki massa lebih berat. Pada umumnya paru-paru beratnya sekitar 500 gram, tetapi karena terinfeksi beratnya mengalami kenaikan dua kali lipat, menjadi satu hingga 1,5 kilogram.

Peneliti menemukan adanya kerusakan pada alveolar atau Diffuse Alveolar Damage (DAD), Pasien dengan berbagai penyakit komorbiditas memiliki ciri kematian yang sama, yaitu kondisi organ paru yang telah terkompromi. Namun, Covid-19 memiliki spektrum tambahan yang juga menonjol, yaitu terjadinya pembekuan pembuluh darah pada organ paru / coagulopathy.

” Darah pasien covid sangat lengket” karena penyakit tersebut telah meningkatkan produksi faktor pembekuan hati “

ASPIRIN OBATNYA ?

British Medical Journal (BMJ) yang di Publish pada 21 Mei 2020 lalu menyatakan bahwa dokter melihat tingginya tingkat penggumpalan darah pada pasien yang sakit parah dengan COVID-19. Ini menjelaskan bahwa “darah pasien covid sangat lengket” karena penyakit tersebut telah meningkatkan produksi faktor pembekuan hati.

Spesialis darah dan Spesialis penyakit paru berbicara tentang masalah kritis soal darah yang terkait dengan SARS-CoV-2 – virus korona yang menyebabkan COVID-19. soal Penggumpalan darah dapat menyebabkan masalah mulai dari yang ringan hingga yang mengancam nyawa. Jika gumpalan menghalangi aliran darah di vena atau arteri, jaringan yang biasanya diberi makan oleh pembuluh darah tersebut dapat kehilangan oksigen, dan sel-sel di daerah itu bisa mati. Beberapa orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 mengalami pembekuan darah yang tidak normal.

Studi yang dipublikasikan dijurnal Anesthesia & Analgesia menyatakan bahwa aspirin dosis rendah membantu melindungi paru-paru sehingga mengurangi kebutuhan pasien Covid-19 pada ventilator. Aspirin bekerja dengan mencegah pembekuan darah kecil sehingga mengurangi risiko penggumpalan darah yang banyak menjadi penyebab keparahan pada Covid-19.

Pada September 2020, European Medicines Agency mengesahkan penggunaan obat antiinflamasi, deksametason, untuk mengobati pasien COVID-19 dengan kesulitan bernapas, setelah sebuah penelitian oleh para peneliti di Universitas Oxford, menunjukkan pada bulan Juni bahwa deksametason mengurangi tingkat kematian sekitar satu diantara tiga dari pasien COVID-19 yang sakit parah dan dirawat di rumah sakit. Dan kemudian WHO menyarankan penggunaan obat ini direkomendasikan untuk kasus konfirmasi positif berat dan kritis, yaitu kasus yang membutuhkan ventilator dan bantuan pernapasan. Obat ini dianjurkan karena akan mengurangi jumlah kematian sebesar 20-30 persen dari kasus COVID-19.

Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19 dr. Reisa Broto Asmoro mengatakan “Meskipun harga terjangkau, selalu konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter agar tidak terjadi efek samping, terutama bila memiliki alergi pada makanan, obat, maupun bahan lain yang terkandung di dalamnya,” katanya. *(thd)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version