Membumi.com
DUNIA, 18/07/2021, Pasca merebaknya Varian Delta dari India dengan ratusan ribu kematian per harinya, varian ini mulai menjalar hingga ke 80 negara termasuk Indonesia. Menurut analisis Reuters butuh lebih dari setahun untuk jumlah kematian akibat COVID-19 mencapai 2 juta, sementara 2 juta berikutnya dicatat hanya dalam 166 hari, disisi lain banyak pakar kesehatan percaya bahwa jumlah kematian resmi tidak terhitung secara global, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bulan lalu memperkirakan kematian jauh lebih tinggi.
Faktanya negara bagian Bihar di India menaikkan angka kematian COVID-19 secara tajam lebih tinggi setelah ditemukannya ribuan kasus yang tidak dilaporkan, hal ini menambah kekhawatiran bahwa jumlah kematian India secara keseluruhan jauh lebih banyak daripada angka resmi. Hasil Penelitian telah menunjukkan varian ini bahkan lebih menular daripada varian lainnya. Para ilmuwan memperingatkan bahwa data menunjukkan varian Delta sekitar 60 persen lebih mudah menular daripada varian Alpha (Inggris). Bukan hanya di India, di Indonesia varian ini telah menyebar seperti di Kudus dan dibeberapa daerah lainnya.
” Faktanya negara bagian Bihar di India menaikkan angka kematian COVID-19 secara tajam lebih tinggi setelah ditemukannya ribuan kasus yang tidak dilaporkan “
Soal Efektifitas Vaksin
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh WHO diketahui bahwa varian baru atau mutasi virus corona berdampak pada keampuhan vaksin dalam melawan virus tersebut. “Terkait penemuan ini, khususnya dampaknya terhadap efektivitas vaksin, WHO berdasarkan berbagai studi yang dilakukan beberapa peneliti, menyatakan bahwa beberapa varian memiliki besaran pengaruh yang sedikit hingga sedang terhadap angka efikasi tiap vaksin pada kasus positif dengan varian tertentu,” ujar Wiku dalam telekonferensi pers di Jakarta, Selasa (1/6).
Prof Wiku menjelaskan bahwa pengaruh varian baru terhadap efikasi vaksin ini masih bersifat sementara dan kemungkinan masih bisa berubah, tergantung pada hasil studi lanjutan yang sedang dilakukan. Selain itu, kata Wiku, perubahan efikasi terhadap beberapa jenis vaksin ini terjadi dikarenakan seluruh vaksin yang sedang dikembangkan dan digunakan saat ini masih memakai virus yang belum bermutasi atau original variant dari Wuhan, China, di mana virus COVID-19 pertama kali ditemukan.
Soal Whole Genome Sequence (WGS)
Sejumlah anggota organisasi profesi dokter di Indonesia mendesak agar pemerintah transparan dalam menyajikan data temuan kasus-kasus varian mutasi baru yang sudah teridentifikasi di sejumlah daerah di Indonesia seperti Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. Disisi lain anggota Satgas Covid-19 IDI Erlina Burhan menyadari bahwa kapasitas pemeriksaan WGS Indonesia terkendala pada biaya, Ia menyebut reagen untuk WGS sangat mahal, bahkan untuk satu spesimen yang diperiksa bisa mencapai Rp. 4-5 juta, namun demikian Erlina juga tetap meminta pemerintah terus berupaya memaksimalkan pemeriksaan WGS di tengah situasi genting seperti ini. *(thd)
.