UOB ACSS 2023 Ungkap Trend Positif ditengah Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi
” Meski kekhawatiran konsumen ASEAN yang tetap tinggi tentang inflasi, kami gembira bahwa konsumen masih antusias menyambut digitalisasi dan era teknologi yang baru.”
SINGAPURA – (23/08/23) Riset unggulan UOB ASEAN Consumer Sentiment Study (ACSS) 2023 mengungkap, lonjakan inflasi dan biaya hidup telah memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi di ASEAN, sedangkan, tingkat adopsi dan penggunaan perbankan digital serta alat pembayaran digital mengalami perkembangan pesat.
Lebih dari 70% responden UOB ACSS 2023 menilai, negaranya akan mengalami perlambatan ekonomi pada tahun depan[1]. Sentimen ini memudarkan harapan akan pemulihan ekonomi meski sentimen negatif tersebut relatif tidak berubah dari tahun lalu.
Riset ini juga mengungkap, responden semakin memilih layanan perbankan digital seperti aplikasi perbankan seluler, dan metode pembayaran yang lebih modern seperti dompet elektronik (e-wallet) pembayaran dengan kode QR, platform pembayaran e-commerce, dan kartu debit atau kredit pada dompet seluler (mobile wallet).
Memasuki tahun keempat, riset UOB ACSS dilakukan pada 1-26 Juni 2023, serta melibatkan 3.400 responden lewat kanal daring. Responden ini berasal dari Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Untuk pertama kalinya, UOB berkolaborasi dengan konsultan manajemen global Boston Consulting Group untuk menyusun ACSS.
“Meski UOB ACSS 2023 mengungkap kekhawatiran konsumen ASEAN yang tetap tinggi tentang inflasi, baik di Singapura dan negara maju lain, kami gembira bahwa konsumen masih antusias menyambut digitalisasi dan era teknologi yang baru.”
” Sebagai barometer sentimen ekonomi regional, serta memuat sejumlah indikator relevan seperti tingkat belanja dan pola perilaku finansial dan teknologi, UOB ACSS 2023 memberikan analisis penting bagi konsumen dan pelaku bisnis. Dengan demikian, konsumen dan pelaku bisnis dapat beradaptasi dan siap menghadapi kondisi ekonomi yang saat ini tidak menentu,” ujar Jacquelyn Tan, Head, Group Personal Financial Services, UOB.
” Meski kekhawatiran konsumen ASEAN yang tetap tinggi tentang inflasi, kami gembira bahwa konsumen masih antusias menyambut digitalisasi dan era teknologi yang baru.”
“Sebagai lembaga keuangan, berdasarkan tren dan analisis UOB ACSS 2023 tentang isu-isu utama yang dihadapi konsumen, serta pola menabung, pola keuangan, dan pola digital konsumen, kami mempelajari profil nasabah di ASEAN.
Hal tersebut juga membantu kami untuk memenuhi kebutuhan nasabah, serta meningkatkan interaksi dengan nasabah. Dengan demikian, nasabah dapat beradaptasi dengan lanskap perbankan dan digital terkini, serta menangkap peluang di tengah kondisi ekonomi saat ini guna mencapai ambisi finansial.”
Inflasi memudarkan harapan pemulihan ekonomi, namun optimisme tetap terjaga
Lonjakan inflasi menjadi salah satu isu utama di ASEAN. Sebanyak 63% responden mengungkap kekhawatiran tentang isu tersebut, sedangkan, 57% responden enggan menambah belanja rumah tangga. Warga Singapura menjadi responden yang paling khawatir atas kedua isu tersebut. Sebanyak 71% dan 64% responden di Singapura masing-masing merasa khawatir atas isu lonjakan inflasi dan biaya rumah tangga.
Tiga isu keuangan yang paling utama di ASEAN berkaitan dengan kemampuan menyisihkan uang untuk menabung (37%), kemampuan membeli kebutuhan esensial (31%), serta mempertahankan gaya hidup yang telah dijalani (28%). Di sisi lain, tagihan utilitas (42%) dan kebutuhan rumah tangga (34%) merupakan dua jenis pengeluaran terbesar konsumen, diikuti layanan pesan-antar/belanja makanan dan pendidikan anak (31%) pada posisi ketiga.
Dari sisi belanja kebutuhan nonesensial (discretionary spending), sebagian besar responden mengurangi anggaran belanja perhiasan (38%) dan bersantap di restoran (34%), diikuti perlengkapan rumah dan furnitur (32%).
Kendati demikian, optimisme tetap terjaga, sebab tiga dari lima pasar di ASEAN mengharapkan kondisi keuangan yang lebih baik pada Juni tahun depan. Vietnam memiliki tingkat optimisme tertinggi (76%), disusul Indonesia (74%) dan Thailand (68%). Tren ini sesuai dengan pandangan UOB pada Semester II-2023, yakni sentimen akan membaik ketika tingkat suku bunga regional bergerak stabil dan pertumbuhan ekonomi berjalan dengan baik.
“Sebanyak 63% Lonjakan inflasi menjadi salah satu isu utama di ASEAN, sedangkan, 57% responden enggan menambah belanja rumah tangga.”
Di Singapura, dua kondisi keuangan yang paling menimbulkan kekhawatiran responden adalah kemampuan menyisihkan uang untuk menabung (42%) dan merencanakan masa pensiun (37%), sedangkan, kemampuan membeli kebutuhan esensial dan mempertahankan gaya hidup yang telah dijalani sama-sama berada di posisi ketiga (31%).
Sebanyak 43% konsumen yang disurvei juga menilai, pengeluaran untuk tagihan utilitas telah membengkak dalam satu tahun terakhir. Di sisi lain, 34% responden menilai, pengeluaran kebutuhan rumah tangga semakin besar, dan 32% responden menghabiskan lebih banyak uang untuk biaya perjalanan sehari-hari. Lebih dari seperempat warga Singapura juga mengalokasikan anggaran belanja yang lebih besar, dan angka ini bertambah 6% dari tahun lalu.
Akibatnya, konsumen kini lebih sedikit menabung, dan 23% responden mendukung pernyataan tersebut. Generasi Z merupakan kalangan yang paling konservatif, sebab 48% di antaranya berencana meningkatkan tabungan tahun ini, dibandingkan angka rata-rata nasional yang mencapai 35%. Di sisi lain, Generasi Y memprioritaskan investasi, dan 30% di antaranya menyisihkan uang untuk investasi, dibandingkan angka rata-rata nasional yang mencapai 24%.
Terlepas dari sentimen ekonomi, UOB memprioritaskan perspektif jangka panjang dalam perencanaan aset (wealth planning) sambil mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko. Dalam setiap fase dari sebuah siklus ekonomi, UOB menganjurkan nasabah agar menyusun rencana keuangan yang baik, mencakup pengeluaran penting, proteksi, serta mengembangkan aset.
Misalnya, investor muda sebaiknya mengambil langkah kecil namun stabil untuk mencapai target finansial, serta menabung sekaligus mengambil manfaat investasi pada tahap awal. Salah satu caranya adalah menggunakan UOB SimpleInvest, platform investasi digital yang mengutamakan target dan profil risiko nasabah.
UOB SimpleInvest juga menawarkan empat solusi investasi yang dikelola secara aktif, dan dua di antara solusi ini memakai analisis Chief Investment Office, UOB Private Bank. Dengan solusi dan produk untuk fase kehidupan yang berbeda-beda, UOB memiliki penawaran bagi setiap kelompok nasabah supaya setiap kebutuhannya terpenuhi.
Adopsi perbankan digital dan metode pembayaran digital terus meningkat
Konsumen ASEAN semakin sering menggunakan layanan perbankan pada perangkat seluler untuk memenuhi kebutuhan finansial. Lebih lagi, konsumen ASEAN juga menyambut baik teknologi seperti platform terkonsolidasi untuk data keuangan. Hampir 55% responden kian sering memakai aplikasi perbankan seluler sepanjang tahun lalu, sedangkan, perbankan Internet lewat peramban web berada di posisi kedua dengan 35% responden.
” Hampir 55% responden kian sering memakai aplikasi perbankan seluler sepanjang tahun lalu, sedangkan perbankan Internet lewat peramban web berada di posisi kedua 35%.”
Secara terpisah, tingkat penggunaan platform data keuangan terkonsolidasi bertambah 20% di seluruh ASEAN. Thailand dan Vietnam merupakan negara dengan pengguna yang paling antusias di ASEAN. Sementara, di Singapura, satu dari lima Generasi Y semakin sering memakai platform seperti SGFinDex yang menyajikan informasi finansial pengguna secara terkonsolidasi.
Nasabah UOB pun tidak hanya dapat mengakses SGFinDex lewat aplikasi UOB TMRW, UOB bahkan menjadi bank pertama yang mengintegrasikan SGFinDex dengan Portfolio Advisory Tools. Maka, penasihat klien UOB dapat memonitor, mengelola, dan mengoptimalkan portofolio aset nasabah secara lebih holistis.
Data penting lainnya, tingkat kunjungan kantor cabang UOB meningkat 17% di ASEAN. Tren ini mencerminkan, nasabah masih memanfaatkan interaksi tatap muka untuk mendukung berbagai kanal digital yang telah tersedia. Di Singapura, lebih dari setengah responden memilih platform digital untuk layanan sederhana, seperti mengajukan permohonan kartu kredit dan debit, serta mengecek status rekening.
Namun, nasabah tersebut memilih layanan fisik atau kombinasi dari sejumlah kanal untuk transaksi kompleks, seperti transaksi bernilai besar, mengajukan permohonan atau pembiayaan ulang (refinancing) pinjaman perbankan, serta membeli asuransi.
Hal ini sangat sesuai dengan pendekatan multikanal UOB yang melibatkan model interaksi nasabah secara daring-ke-luring (online-to-offline). Efektivitas pendekatan multikanal juga telah terbukti, sebab nasabah multikanal tergolong nasabah yang paling aktif, serta berinteraksi dan bertransaksi hingga 20 kali lebih sering dibandingkan nasabah tradisional.
Pada segmen pembayaran, konsumen ASEAN menjadi pengguna aktif teknologi terkini. Metode pembayaran dengan dompet elektronik kode QR mendominasi metode pembayaran regional, dan 56% responden telah memakai metode pembayaran tersebut pada tahun lalu.
Platform pembayaran e-commerce berada pada posisi kedua dengan 49% responden. Platform ini juga menjadi metode pembayaran yang paling ingin dicoba oleh konsumen, dan 22% responden ingin menggunakan platform ini pada tahun depan.
Di Singapura, konsumen masih memilih metode pembayaran lewat platform perbankan ketimbang platform pihak ketiga. Di sisi lain, kartu kredit dan debit dalam bentuk fisik menjadi metode pembayaran yang paling digemari konsumen setelah dipilih oleh 62% responden.
Kartu kredit dan debit yang tersedia pada dompet seluler, serta layanan Peer-to-Peer berada pada posisi kedua dengan 50% responden. Seperti responden lain di tingkat ASEAN, warga Singapura paling tertarik mencoba metode pembayaran dengan kartu kredit atau debit pada dompet seluler pada tahun depan, dan 20% responden berniat melakukannya.
Dengan jangkauan terluas di ASEAN, UOB siap melayani kebutuhan nasabah secara lintaswilayah di tingkat regional. Kartu pembayaran regional UOB, memberikan bonus dan fasilitas yang sama bagi setiap pemegang kartu di gerai mitra di ASEAN, didukung ekspansi UOB dalam metode pembayaran lintas wilayah dan solusi transfer dana di pasar-pasar utama seperti Malaysia dan Thailand, mendukung perkembangan UOB sebagai bank ritel pilihan konsumen di ASEAN.
Keterlibatan UOB dalam program koneksi pembayaran lintaswilayah yang digagas pemerintah juga akan memperkuat profil UOB dan tingkat penggunaan layanannya di ASEAN. Hal tersebut pun semakin mempermudah nasabah regional.
Mengutamakan Personalisasi
Sebagian besar konsumen ASEAN terbuka untuk membagikan data keuangannya dengan bank. Konsumen juga mendukung informasi ini digunakan untuk merekomendasikan produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.
Lebih dari 70% responden merasa nyaman membagikan data keuangan pribadi agar dikonsolidasikan oleh bank pada satu platform. Sebanyak 83% responden ingin melakukan hal tersebut lewat aplikasi perbankan ketimbang penyedia layanan lain seperti aplikasi e-commerce/belanja dan aplikasi multilayanan.
Di antara responden ini, lebih dari 90% ingin menerima rekomendasi produk dan layanan yang telah dipersonalisasi menurut kebutuhannya pada aplikasi perbankan. Besarnya permintaan konsumen akan personalisasi ini terlihat jelas pada seluruh kelompok usia, tingkat penghasilan, dan gender yang disurvei UOB.
Personalisasi merupakan salah satu pilar penting UOB. Dari penawaran dan bonus bagi nasabah berdasarkan pembelian yang telah dilakukan, hingga kartu informasi yang dikirim lewat aplikasi UOB TMRW berdasarkan pola pengeluaran, serta notifikasi yang dikirim kepada nasabah ketika tingkat suku bunga tabungan yang lebih tinggi segera tersedia, UOB berkomitmen melakukan hal yang tepat bagi nasabah dengan mendukung jati dirinya.
Tentang UOB
UOB adalah bank terkemuka di Asia. UOB memiliki kantor pusat di Singapura dan anak usaha di Tiongkok, Indonesia, Malaysia, Thailand, serta Vietnam. Lebih lagi, UOB didukung jaringan global yang mencakup sekitar 500 kantor cabang dan perwakilan di 19 negara dan wilayah yang tersebar di Asia Pasifik, Eropa, dan Amerika Utara.
Sejak terbentuk pada tahun 1935, UOB berkembang secara organik dan melakukan sejumlah akuisisi strategis. Kini, UOB meraih peringkat kredit tertinggi sebagai salah satu bank terbaik di dunia: Aa1 dari Moody’s Investors Service, serta AA dari S&P Global Ratings dan Fitch Ratings.
Selama hampir sembilan dekade, UOB menjalankan pendekatan yang memprioritaskan nasabah untuk menciptakan nilai tambah jangka panjang. Untuk itu, UOB selalu menyediakan layanan yang relevan dengan menjunjung tinggi jiwa kewirausahaan dan melakukan hal yang benar bagi nasabah. UOB juga membangun masa depan ASEAN bagi masyarakat dan pelaku bisnis di ASEAN, serta terlibat dalam perkembangan ASEAN.
UOB menghubungkan pelaku bisnis dengan berbagai peluang di ASEAN melalui jangkauan regional terbaik. UOB juga memanfaatkan data dan analisis untuk berinovasi dan menciptakan pengalaman serta solusi perbankan yang dipersonalisasi menurut kebutuhan dan preferensi setiap nasabah yang terus berkembang.
UOB pun berkomitmen membantu pelaku bisnis membangun masa depan berkelanjutan dengan meningkatkan inklusi sosial, membuat dampak positif bagi lingkungan hidup, serta mencapai kemajuan ekonomi. UOB memegang prinsip sebagai penyedia jasa keuangan yang bertanggung jawab, serta selalu mendukung pembangunan sosial, terutama di bidang seni, anak-anak, dan pendidikan sekaligus melakukan hal yang benar demi masyarakat dan pemangku kepentingan.
Data adalah aset yang tak ternilai di era transformasi digital. Indonesia, dengan populasi yang besar dan jumlah perangkat terhubung yang terus bertambah, berada dalam posisi strategis untuk menghasilkan data dalam jumlah yang luar biasa, dan memimpin penggunaannya untuk kebaikan.
Misalnya untuk menemukan pola dalam percobaan riset dan menganalisis gejala penyakit baru, agar dapat menghasilkan inovasi solutif yang tidak hanya menciptakan nilai ekonomi baru, tetapi juga memecahkan masalah paling mendesak dalam kehidupan sehari-hari. Di sini lah datacenter memainkan peran kunci; membantu menyimpan, mengelola, dan mendistribusikan data digital secara lebih aman serta efisien.
Dengan besarnya potensi tersebut, industri datacenter dalam negeri menjadi sangat menjanjikan. Menurut laporan Mordor Intelligence, pasar datacenter Indonesia diproyeksikan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 14% menjadi US$3,98 miliar pada 2028[1].
Dari sisi kapasitas pun diproyeksikan meningkat dari kebutuhan saat ini, yang berada di 2.000MW. Data-data ini mengindikasikan bagaimana pengembangan datacenter akan memainkan peran penting dalam mempercepat laju ekonomi digital. Lantas, apa sebenarnya datacenter itu, dan mengapa perannya begitu penting ?
Apa itu Datacenter?
Secara sederhana, datacenter adalah fasilitas fisik yang dirancang untuk menyimpan, mengelola, dan memproses data dalam jumlah besar. Bayangkan datacenter sebagai “otak digital” yang memungkinkan aplikasi, platform media sosial, layanan perbankan online, hingga sistem kecerdasan buatan (AI) berfungsi. Di dalamnya terdapat server, perangkat penyimpanan, dan infrastruktur jaringan yang dioperasikan untuk memastikan data selalu tersedia, aman, dan dapat diakses kapan saja.
“Dengan pesatnya perkembangan digital di Indonesia, datacenter bukan hanya infrastruktur teknologi; ini adalah kunci untuk menciptakan ekonomi baru yang didukung AI dan mendukung transformasi digital yang inklusif,” kata Dharma Simorangkir, Presiden Direktur Microsoft Indonesia.
Mengapa Datacenter Penting untuk Masa Depan AI di Indonesia?
Menurut laporan yang disusun oleh Microsoft, Access Partnership dan ELSAM, adopsi generative AI di Indonesia yang kian meningkat diproyeksikan dapat memberikan dampak ekonomi signifikan, melalui pembukaan kapasitas produksi ekonomi sebesar USD 243,5 miliar atau sekitar 18% dari PDB Indonesia tahun 2022[2]. Laporan ini juga menyoroti bagaimana AI dapat meningkatkan produktivitas, menciptakan lapangan kerja baru, dan mempercepat pertumbuhan di berbagai sektor, sehingga menciptakan ekonomi AI baru.
Untuk mewujudkan potensi besar tersebut, teknologi AI memiliki kebutuhan spesifik yang harus dipenuhi. Teknologi ini sangat bergantung pada kapasitas pengolahan data yang cepat dan efisien. AI memerlukan daya komputasi yang besar untuk menjalankan algoritma pembelajaran mesin (machine learning), analisis data yang kompleks, hingga pengambilan keputusan berbasis data secara real-time. Datacenter, terutama yang berkapasitas besar, menjadi infrastruktur utama yang mampu memenuhi kebutuhan ini dan membuka potensi penuh AI.
Sayangnya, pertumbuhan datacenter di Indonesia masih belum selaras dengan kebutuhan dan potensi besar ekonomi digitalnya. Saat ini, total kapasitas daya datacenter berkategori “AI-ready”–yakni yang mampu mendukung cloud computing sebagai fondasi solusi AI masa depan–yang dioperasikan baru mencapai sekitar 200 megawatt, atau 10% dari total kebutuhan yang diperkirakan[3].
Namun, dengan inovasi desain datacenter modern, kapasitas ini diharapkan terus tumbuh. Microsoft, misalnya, sengaja mendesain setiap datacenter terbaru perusahaan untuk secara khusus mendukung beban kerja AI. Pendekatan ini memungkinkan perusahaan memanfaatkan setiap megawatt daya secara efektif, dan bertanggung jawab untuk menekan biaya serta konsumsi daya AI. Dalam desain tersebut, perusahaan juga menerapkan teknik pendinginan canggih yang disesuaikan dengan kebutuhan panas beban kerja AI, serta kondisi lingkungan di lokasi datacenter tersebut.
Geliat Pelaku Industri dalam Ekosistem Datacenter Indonesia
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak perusahaan teknologi telah menunjukkan (dan merealisasikan) komitmen mereka untuk membangun infrastruktur datacenter di Indonesia. Salah satunya adalah Microsoft, yang bukan hanya tengah membangun datacenter pertamanya di Indonesia, tetapi cloud region bernama Indonesia Central.
Cloud region ini memiliki tiga availability zones (zona ketersediaan). Masing-masing zona terdiri dari sekumpulan datacenter yang sepenuhnya terisolasi satu sama lain. Lokasi fisiknya dirancang cukup dekat untuk memastikan koneksi berlatensi rendah, namun cukup jauh untuk mengurangi risiko lebih dari satu zona terdampak oleh gangguan lokal atau cuaca ekstrem.
Indonesia Central juga terhubung dengan jaringan luas global Microsoft (global wide area network/WAN) yang menyediakan konektivitas berkecepatan tinggi dan latensi rendah ke cloud region Microsoft lainnya secara internasional. Hal ini memberikan perusahaan Indonesia akses yang lebih mulus untuk ekspansi internasional, sekaligus menjadi gerbang bagi perusahaan global untuk masuk ke pasar Indonesia secara lebih terintegrasi dari sisi kesiapan teknologi.
Seiring dengan kehadiran infrastruktur yang menjadi tulang punggung inovasi, talenta digital perlu bersiap agar dapat memanfaatkan infrastruktur tersebut dengan segala kemajuan teknologi yang dibawa, secara optimal. Salah satu langkah strategis yang perlu diambil adalah pengembangan talenta digital. Misalnya melalui inisiatif elevAIte Indonesia yang diluncurkan Microsoft bersama Komdigi pada akhir tahun 2024 lalu, untuk meningkatkan keterampilan 1 juta talenta Indonesia dalam teknologi AI.
Adapun pembangunan Indonesia Central region dan pelaksanaan elevAIte Indonesia merupakan kelanjutan dari inisiatif Berdayakan Indonesia yang telah Microsoft jalankan sejak 2021, dan diperkuat dengan pengumuman investasi sebesar USD 1,7 miliar pada April 2024 oleh Microsoft Chairman dan CEO, Satya Nadella — investasi terbesar dalam sejarah 29 tahun Microsoft di Indonesia.
Keamanan dan Kepatuhan dalam Pengelolaan Data
Di tengah pertumbuhan datacenter, keamanan dan kepatuhan menjadi elemen krusial. Datacenter yang modern harus mampu menangani berbagai jenis data sensitif, mulai dari data pelanggan hingga informasi keuangan, dengan tingkat keamanan yang tinggi. Keamanan Indonesia Central region yang tengah Microsoft bangun, misalnya, memenuhi standar keamanan global yang ketat; mencakup keamanan akses fisik, jaringan, hingga peranti keras dan peranti lunak – sama dengan cloud region Microsoft lainnya. Selain itu, data yang disimpan dan diproses di Indonesia Central region dapat mendukung pelanggan dalam memenuhi kewajiban regulasi data lokal, termasuk persyaratan residensi data.
Masa Depan Indonesia yang Berbasis AI
Membangun datacenter, apalagi cloud region, bukan hanya soal teknologi, tetapi juga menciptakan ekosistem digital yang inklusif, aman, dan berkelanjutan. “Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pusat pertumbuhan AI di Asia Tenggara, dengan memanfaatkan potensi populasi mudanya yang kreatif dan inovatif. Microsoft berkomitmen untuk mendampingi Indonesia dalam perjalanan transformasi digital ini melalui investasi strategis pada infrastruktur, pengembangan talenta, dan dukungan inovasi. Dengan langkah-langkah strategis ini, Microsoft siap bekerja untuk membantu Indonesia memasuki masa depan yang lebih cerah,” pungkas Dharma.
Tentang Microsoft
Microsoft (Nasdaq “MSFT” @microsoft) membuat platform dan alat bertenaga kecerdasan buatan (AI) untuk memberikan solusi inovatif yang memenuhi kebutuhan pelanggan yang terus berkembang. Perusahaan teknologi ini berkomitmen untuk membuat AI tersedia secara luas dan melakukannya secara bertanggung jawab, dengan misi memberdayakan setiap orang dan setiap organisasi di planet ini untuk mencapai lebih banyak.
Pekanbaru – Berakhirnya dualisme kepengurusan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia) di Tingkat Nasional, membuat Kadin Provinsi Riau melakukan Rapat Konsolidasi.
Rapat yang digelar di Hotel Grand Elite, Kota Pekanbaru, Senin (20/1/2025), itu guna memastikan soliditas organisasi ditingkat provinsi.
Ketua Umum Kadin Riau Masuri SH menyebutkan saat ini konflik Kadin Pusat sudah berakhir dan Anindya Bakrie resmi menjabat sebagai Ketua Umum dan Arsjad Rasjid dipilih sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia. Munas ini juga dihadiri Presiden Prabowo Subinato beberapa waktu lalu di Jakarta.
‘’Saya menyampaikan bahwa saat ini tidak ada lagi dualisme. Kadin Indonesia sudah satu. Dinamika yang selama ini muncul, sudah dianggap selesai. Kita bertekad, Kadin sudah bersatu dan saatnya menguatkan ekonomi Nasional maupun daerah,’’ sebutnya.
Lebih jauh, dia juga menyampaikan bahwa Rapat Konsolidasi ini sangat penting untuk menjaga kekompakan Kadin di Tingkat Provinsi dan Kabupaten kota se-Riau.
‘’Kita akan fokus dengan program Kadin Riau dan melakukan sinergi dengan berbagai pihak, termasuk Gubernur Riau terpilih dan Bupati dan walikota se-Riau,’’ lanjutnya.
Berbagai tanggapan disampaikan pengurus Kadin Riau, Kadin Kab/kota, dan Dewan Pertimbangan Kadin Riau H Mansyur HS misalnya, menyebut Kadin Riau memang solid dalam menyikapi persoalan dualisme yang muncul selam ini.
‘’Banyak hal yang harus dikerjakan Kadin Riau ke depan. Salah satunya menciptakan peluang bisnis dalam mendukung tumbuh dan berkembangnya ekonomi Riau. Kadin Indonesia sudah satu,’’ jelasnya.
Dia juga berharap, kepengurusan Kadin Indonesia ada yang bisa berasal dari Riau. ‘’Ini menyambung konsolidasi dan kolaborasi isu-isu di Tingkat Nasional,’’ tambahnya.
Senada dengan itu, salah seorang Wakil Ketua Umum Kadin Riau Drs H Destrayani Bibra MSi mengatakan dirinya bersyukur bahwa Kadin Riau tetap satu dan tidak terbelah.
‘’Saatnya melakukan reorganisasi mengenai program kerja dan optimalisasi ke depan. Konsolidasi dengan berbagai pihak seperti Gubri terpilih, menjadi sebuah keharusan.
Banyak hal yang menjadi persoalan ekonomi Riau yang bisa mendapatkan perhatian Kadin Riau. Bahkan, UMKM yang dulunya diperhatikan oleh Kadin Indonesia dan daerah, kini harus berlanjut terus,’’ terangnya.
Dalam pada itu, Ketua Kadin Dumai Zulfan menyebut Kadin kabupaten dan Kota sudah menantikan agenda Konsolidasi ini, sebab hal ini akan menguatkan kekompakan organisasi.
‘’Ini juga akan membuat semangat kembali untuk menjalankan roda organisasi. Sehingga Kadin bisa eksis,’’ ujarnya.
Dalam kesempatan itu, dirinya juga berharap ada orang Riau yang bisa duduk di Kadin Pusat. Ini akan memberikan kemudahan untuk koordinasi tentang program nasional ke Riau.
‘’Kita merasakan, ada beberapa program prioritas kita yang tidak mendapatkan perhatian nasional. Jika ada yang menjadi pengurus Kadin Pusat, maka akan terjalin komunikasi yang kontinyu,’’ sebutnya.
Dia mencontohkan tentang status Pelabuhan Dumai dan UMKM yang perlu disinergikan dengan Kadin Indonesia. ***
Jakarta – PT Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) PalmCo mendorong setiap karyawan yang memiliki kompetensi untuk menjadi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (AK3) Umum dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi Republik Indonesia dan berbagai lembaga sertifikasi lainnya sebagai langkah membudayakan K3 dan mewujudkan zero fatality.
Hingga saat ini, Sub Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) yang mengelola perkebunan kelapa sawit itu telah memiliki 268 Ahli K3 Umum di masing-masing unit operasional yang terbentang di berbagai penjuru nusantara untuk memperkuat budaya kerja yang selamat dan sehat.
“Sejak awal, PTPN IV PalmCo menempatkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berkesinambungan secara mutlak. Kami menempatkan K3 para karyawan sebagai first priority karena teman-teman karyawan merupakan aset terpenting di perusahaan ini,” tegas Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko Santosa di Jakarta, rabu (15/01/2024).
Ia menuturkan saat ini ratusan karyawan PTPN IV PalmCo telah mengantongi sertifikasi AK3 Umum maupun sertifikasi serupa lainnya. Langkah itu diperkuat dengan kebijakan konkret perusahaan melalui penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012.
Implementasi ini telah berjalan dengan baik dan menjadi landasan bagi Perusahaan untuk terus meningkatkan standar K3 di seluruh unit operasionalnya pada masa mendatang. Alhasil, perusahaan mampu meraih 148 bendera emas sistem manajamen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). “Komitmen dan konsistensi adalah tekad kami dalam menjalankan program program yang melindungi karyawan kami,” paparnya.
Jatmiko menekankan pentingnya kesadaran akan K3 sebagai faktor kunci dalam menjaga keberlangsungan operasional perusahaan. Selaras dengan pelaksanaan Bulan K3 Nasional 2025, PTPN IV PalmCo menjalankan program kerja K3 di seluruh wilayah operasinya dengan fokus pada pencapaian target zero fatality.
Ia juga menyatakan bahwa pencapaian target zero fatality bukanlah tujuan yang dapat diraih secara instan, melainkan melalui proses berkelanjutan. Untuk itu, secara rutin perusahaan melakukan audit keselamatan kerja, evaluasi risiko, serta penyempurnaan prosedur operasional
Langkah ini, lanjut dia, untuk memastikan setiap potensi bahaya dapat diidentifikasi dan diminimalisir sejak dini. “Keselamatan kerja itu bukan hanya kewajiban, atau aturan yang harus diikuti. Namun harus jadi kesadaran masing-masing, kesadaran yang membudaya. Kita akan terus lakukan segala cara untuk meningkatkan kesadaran tersebut. Salah satunya dengan cara memberikan pelatihan keamanan dasar (basic safety) kepada seluruh pekerja, terutama bagi mereka yang berada di bidang operasional,” paparnya.
Direktur Strategy dan Sustainability PTPN IV PalmCo Ugun Untaryo menambahkan bahwa K3 adalah bagian yang tidak terpisahkan dari strategi keberlanjutan Perusahaan.
“Keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya melindungi karyawan, tetapi juga mendukung keberlanjutan operasional dan reputasi Perusahaan, karena dengan komitmen yang kuat terhadap K3, PTPN IV PalmCo dapat menjadi contoh bagi industri perkebunan lainnya dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan berkelanjutan,” tuturnya.
Mengenai PT Perkebunan Nusantara III (Persero):
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang usaha agro bisnis, terutama komoditas kelapa sawit dan karet. Perseroan didirikan pada 11 Maret 1996 berdasarkan hukum pendirian merujuk pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996.
Pemerintah kemudian mengubah pengelolaan bisnis BUMN Perkebunan dengan menunjuk Perseroan sebagai induk dari seluruh BUMN Perkebunan di Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2014 tanggal 17 September 2014.
Sebagai perusahaan induk (holding company) BUMN di sektor perkebunan, Perseroan saat ini menjadi pemegang saham mayoritas dari 3 sub holding yaitu Supporting Co (PTPN I), Palm Co (PTPN IV) dan Sugar Co (PT Sinergi Gula Nusantara).
Selain itu terdapat anak perusahaan di bidang pemasaran produk perkebunan yaitu PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT KPBN), anak perusahaan di bidang riset dan pengembangan komoditas perkebunan yaitu PT Riset Perkebunan Nusantara (PT RPN) serta anak perusahaan lainnya yaitu PT LPP Agro Nusantara (LPPAN), PT Industri Nabati Lestari (INL), PT Kawasan Industri Nusantara (KINRA), PT Industri Karet Nusantara (IKN), PT Bio Industri Nusantara (BIONUSA), dan PT Sri Pamela Medika Nusantara (SPMN).
Saat ini Perseroan secara konsolidasian merupakan salah satu perusahaan perkebunan terbesar di dunia berdasarkan total lahan konsesi perkebunan. Produk komoditas Perseroan mencakup komoditas anak perusahaan cukup terdiversifikasi antara lain kelapa sawit, karet, tebu, teh, kopi, tembakau dan kakao, serta produk hilirnya masing-masing.
Perseroan saat ini tengah melakukan upaya-upaya transformasi bisnis baik di sektor budidaya tanaman perkebunan (on-farm), pengolahan tanaman perkebunan (off-farm) serta unit-unit pendukungnya guna meningkatkan kinerja maupun produktivitas dan efisiensi bisnis.