Siaga Hadapi Karhutla, Musim Mas Kolaborasi dengan Para Pemangku Kepentingan
” Kami menyadari bahwa peran aktif masyarakat sangat penting dan sangat dibutuhkan. Itu sebabnya kami, bekerja sama dengan pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan lainnya “
Jakarta (6/9/23) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada akhir bulan Juli 2023 lalu kembali mengingatkan kemungkinan terjadinya lebih banyak kebakaran hutan dan lahan serta gagal panen akibat musim kering.
Data BMKG akhir bulan lalu menunjukkan, ada 206 kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di seluruh Indonesia, dengan Provinsi Aceh sebagai penyumbang karhutla terbanyak (53 kejadian), disusul Provinsi Kalimantan Tengah (35 kejadian). Sedangkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), hingga awal Juli 2023, total luasan lahan yang terbakar mencapai 28 ribu hektar.
Data ini sesuai dengan prediksi BMKG yang mengindikasikan bahwa puncak musim kemarau tahun ini akan terjadi pada bulan Juli-September 2023 yang ditandai dengan kondisi cuaca buruk, dan adanya fenomena El Niño yang diperkirakan akan terjadi pada Bulan Oktober dan November.
Sejalan dengan instruksi Kementerian Dalam Negeri yang menekankan peran aktif pemerintah untuk melibatkan seluruh pemangku kepentingan, upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan karhutla sudah diimplementasikan oleh pemerintah daerah dan dinas-dinas terkait di wilayah rawan kebakaran, bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan perkebunan swasta yang berada di wilayah tersebut, diantaranya Musim Mas, dan tentunya masyarakat setempat.
Data BMKG akhir bulan lalu menunjukkan, ada 206 kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di seluruh Indonesia
BMKG
Sannusi, SP., M.Si, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau mengatakan, “Dampak karhutla ini sangat luas, mulai dari ekonomi, sosial, hingga politik. Karena itu, idealnya pengelolaan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja, namun juga melibatkan perusahaan, TNI, Polri, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya”
Sebagai salah satu perusahaan minyak sawit terintegrasi terbesar di dunia, Musim Mas sangat menekankan untuk tetap waspada dan siap menghadapi potensi risiko kebakaran hutan dan lahan dalam wilayah operasionalnya, serta seluruh rantai pasokannya.
Memahami pentingnya mendukung upaya yang dilakukan oleh pemerintah, maka Program Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Musim Mas yang terintegrasi, tidak saja disosialisasikan dan diimplementasikan bagi karyawan dan pekerja yang terlibat dalam operasional perusahaan, namun juga diperluas bagi para pemasok, masyarakat sekitar, hingga petani swadaya.
“Industri kelapa sawit, termasuk Musim Mas, mengambil pelajaran dari insiden kebakaran dan kabut asap besar beberapa tahun kemarin. Kejadian tersebut memotivasi kami untuk mengambil tindakan, dan meningkatkan kontribusi dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan melalui berbagai program dan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan,” jelas Teuku Kanna Rhamdan, General Manager Corporate Affairs – Musim Mas Group.
Untuk mengantisipasi karhutla, mulai bulan Juni 2023 lalu, Musim Mas kembali melakukan pelatihan dan simulasi rutin yang diikuti oleh regu Pemadam Kebakaran Musim Mas, serta tim Masyarakat Bebas Api (MBA) terkait pencegahan dan penanggulangan karhutla. Pelatihan ini melibatkan Manggala Agni, TNI, POLRI, Dinas Lingkungan Hidup, dan Dinas Perkebunan.
Tim pemadam kebakaran Musim Mas yang disiapkan dan dilatih ini tidak hanya menanggulangi kebakaran di dalam konsesi, namun juga lokasi di luar konsesi dalam radius 3 (tiga) Km.
Untuk Mengantisipasi, mulai Juni 2023 Musim Mas kembali melakukan Pelatihan dan Simulasi Rutin yang diikuti oleh regu Pemadam Kebakaran Musim Mas, serta tim Masyarakat Bebas Api (MBA)
Bagi masyarakat di sekitar area perkebunan milik perusahaan, Musim Mas telah menerapkan Program Masyarakat Bebas Api (MBA) yang telah merangkul 75 desa dengan cakupan luas lahan lebih dari 450 ribu hektar.
Program ini bermula dari kesadaran akan pentingnya mengubah perilaku masyarakat, atau mencari alternatif perilaku masyarakat untuk mengurangi ketergantungan penggunaan api dan turut melibatkan masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan karhutla.
Dalam program ini, setiap desa peserta yang berhasil menjaga lingkungan mereka bebas dari api selama 1 (satu) tahun, berhak mendapatkan insentif keuangan sebesar Rp 25 juta per desa.
Dana ini dapat digunakan untuk pengadaan peralatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran di wilayah desa, atau untuk mendukung berbagai proyek masyarakat desa sekitar perusahaan.
“Kami menyadari bahwa peran aktif masyarakat sangat penting dan sangat dibutuhkan. Itu sebabnya kami, bekerja sama dengan pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan lainnya, menyelenggarakan program yang melibatkan masyarakat, dengan harapan mereka dapat menjadi agen perubahan dalam pencegahan dan penanggulangan karhutla,” tambah Kanna.
” Kami menyadari bahwa peran aktif masyarakat sangat penting dan sangat dibutuhkan. Itu sebabnya kami, bekerja sama dengan pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan lainnya “
Teuku Kanna Rhamdan.
Syahril, Kepala Desa Talau, Riau mengungkapkan, “Dengan adanya imbauan dari pemerintah, ditambah juga apresiasi dan dukungan dari Musim Mas, kami jadi semangat untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan”.
Selain masyarakat, Petani Swadaya kelapa sawit juga menjadi bagian penting dalam upaya pencegahan karhutla, karena mereka mengelola lebih dari 40% lahan perkebunan sawit di Indonesia. Sejak tahun 2015, Musim Mas telah menyelenggarakan program pelatihan untuk Petani Swadaya terkait praktik pertanian yang baik, salah satunya menerapkan praktik tanpa bakar.
Hingga saat ini, lebih dari 41.000 petani telah terlibat dalam program pelatihan ini. Musim Mas juga mendampingi petani untuk bisa mengakses pendanaan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), agar mereka dapat menerapkan program peremajaan sawit tanpa praktik pembakaran lahan.
Di samping itu, Musim Mas juga menjadi anggota aktif dari Aliansi Bebas Kebakaran (FFA/Fire-Free Alliance), yaitu sebuah kelompok multi-stakeholder yang terdiri dari perusahaan perkebunan dan kehutanan, termasuk industri kelapa sawit yang peduli dan berkomitmen menyelesaikan masalah kebakaran hutan dan kabut asap di Indonesia.
Di dalam operasionalnya, Musim Mas menerapkan program pencegahan dan penanggulangan kebakaran terintegrasi, meliputi analisa dan pengelolaan risiko kebakaran, melakukan pemantauan atas titik-titik panas, dan melakukan penilaian terhadap rantai operasional.
Perusahaan ini mematuhi kebijakan zero-burning yang ketat, disertai dengan kebijakan yang mengurangi risiko kebakaran, seperti kebijakan NDPE (No Deforestation, No Peat, No Exploitation).
Untuk deteksi dini serta respons cepat terhadap potensi karhutla, tim Geographic Information System (GIS) internal Musim Mas memanfaatkan teknologi untuk melakukan pemantauan menggunakan data anomali suhu atau titik panas/api aktif dari satelit yang bersinergi dengan seluruh rantai pasok, serta drone dan CCTV.
Ditambah infrastruktur pemadam kebakaran, termasuk sekat bakar dan penampungan air didirikan di dalam perkebunan untuk mencegah penyebaran api dan meminimalkan dampaknya.
Tentang Musim Mas
Musim Mas adalah salah satu perusahaan kelapa sawit terintegrasi terbesar di dunia yang beroperasi di 13 negara di Asia-Pasifik, Eropa, dan Amerika. Kegiatan operasional utamanya berada di Indonesia, yang mencakup budidaya hingga penyulingan dan manufaktur.
Melalui tenaga kerja global, Musim Mas terus melakukan pengembangan yang inovatif dan berkelanjutan, memastikan kualitas produk, keamanan, dan efisiensi berjalan seiring dengan perkembangan industri.
Sebagai salah satu pemain utama di industri kelapa sawit, Musim Mas beraspirasi untuk menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, mendorong era baru yang berkelanjutan di industri ini dengan inovasi.
Untuk itu, Musim Mas mengambil langkah aktif untuk melampaui standar keberlanjutan yang diakui industri dan akan terus melangkah dalam menanggapi masalah industri kritis dalam upaya untuk berkontribusi pada industri dan dunia yang lebih berkelanjutan.