OPINI

Nilai Luhur Dalam Komunikasi Tunjuk Ajar Melayu Punah di Ranah Digital

“ Kalau anak hendak selamat, tunjuk ajar hendaklah ingat ”, orang Melayu sangat mengutamakan upaya agar anaknya menjadi orang baik ”.

Published

on

Budi Hermanto / Pemerharti Komunikasi Budaya Melayu

Catatan Akhir Pekan

.

Arus modernisasi telah menyebabkan masyarakat terutama remaja mulai meninggalkan nilai budayanya.

Berhati-hatilah bila kita sebagai orang tua dalam membimbing anak. Dengan diperkenalkannya internet, teknologi digital baru, dan media sosial kepada keluarga, peran mendasar orang tua dan tujuan mengasuh anak tetap tidak berubah dalam hal ini tunjuk ajar Melayu sangat berperan penting dalam mengarahkan anak untuk di asuh, di pelihara secara wajar, bertanggungjawab.

“ Kalau anak hendak selamat, tunjuk ajar hendaklah ingat, ” orang Melayu sangat mengutamakan upaya agar anaknya menjadi orang baik ”.

ungkapan Melayu

Orang tua sebagai pengasuh masih diharuskan untuk memelihara, melindungi, mencintai, dan membimbing anak. Benar bahwa praktik pengasuhan di masa lalu sangat mudah sebab anak-anak umur 7 tahun sampai 18 senang di ajak komunikasi, apa lagi anak-anak zaman tempo dulu itu tidak banyak tuntutan dan penurut, sebelum era digital dibangkitkan.

Beda dengan sekarang, dalam membimbing anak penuh dengan pengaruh dan risiko diperkenalkannya internet, teknologi di ranah digital saat ini terjadinya pergeseran nilai budaya dan etika.

Bila didasarkan pada nilai budaya yang di wariskan turun-menurun mendorong komunikasi dan kepercayaan terbuka, untuk membangun hubungan antara nilai-nilai tradisional dan dunia online.

Penggunaan perangkat digital yang terlalu dini dan berlebihan dapat menimbulkan kencanduan, termasuk konten-konten berbahaya, kekerasan, informasi palsu, kontak dengan orang tidak di kenal, pencurian identitas (phishing), penipuan internet, masah penglihatan, dan susah tidur. Menghabis kan waktunya di alam tidak nyata, di alam maya yang gelisah itu.

Penggunaan internet berlebihan untuk anak usia sekolah bisa merusak budaya, Hal ini tentu berdampak pada perubahan gaya hidup dan pola pikir mereka sebagai seorang remaja. Muara dari semuanya adalah menurunnya kualitas moral para remaja.

Oleh sebab itulah, nilai-nilai Budaya Melayu ini harus di jaga dari terobsesinya dengan situs web, video geme, judi, menghabiskan lebih banyak waktu dengan aktivitas online, itu tentu bisa ditunda, dengan mengajak anak membantu pekerjaan ibu di rumah, pemantauan orang tua dan pengendalian diri sianak dalam binaan tuntunan agama.

Di hidupkan tradisi silam “jemputan zaman” di kalangan remaja. Remaja dan generasi muda harus mengenal budaya dan tradisi yang ada di daerahnya. Seperti halnya dengan budaya Melayu. Budaya Melayu merupakan sebuah budaya yang sangat menjunjung tinggi nilai kesopan santunan, yang menjadi salah satu asas jati diri kemelayuan yang terpuji. Di dalam pergaulan sehari-hari sopan santun menjadi salah satu tolak ukur untuk menilai seseorang.

Banyak orang tua dengan sengaja membiarkan anak-anak ‘mereka’ dalam penggunaan internet secara “bebas lepas”. Dan banyak juga orang tua khawatir jika anak ‘mereka’ menghabiskan terlalu banyak waktu dengan konten budaya populer yang seringkali menampilkan kekerasan, seksual, seksis, rasis, dan anak-anak cepat menangkap dari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar, ini bisa mengundang petaka.

Nilai-nilai luhur komunikasi tunjuk ajar Melayu, bahasa sebagai alat komunikasi, juga mengandung simbol budaya, sehingga kedalaman makna yang terkandung dalam bahasa menjadikan posisi sangat penting. Orang tua-tua dulu, membelalakan mata ‘anak-anak’ sudah takut dan nurut, (komunikasi non verbal).

Kemunculan aplikasi joget-joget yang seronok, mengumbar aurat saat ini digemari oleh remaja – remaja di seluruh dunia, yang pengaruhnya sampai ke kedapur dan kamar-kamar anak-anak kita. Dengan adanya aplikasi tersebut sebagian besar remaja, khususnya kaum hawa saat ini seakan kehilangan rasa malunya, berjoget dengan gerakan-gerakan yang tak senonoh, mempertontonkan auratnya kepada seluruh pengguna aplikasi.

Tak hanya sebatas itu, seks bebas yang marak terjadi, fenomena permainan game online yang sebenarnya mengarah ke arah perjudian juga telah ramai dimainkan oleh semua kalangan, baik itu anak-anak remaja hingga orang dewasa turut memainkan aplikasi ini, demi mendapatkan keuntungan sesaat tanpa perlu usaha jerih payah, para pemain game tersebut “buta mata hatinya” terhadap larangan Allah SWT.

Kesadaran berpikir, budaya barat tentunya tidak semua sesuai untuk kita jadikan contoh, hal ini dikarenakan perbedaan budaya dan gaya hidup yang serba materialistis.

Khazananah, beragama Islam, Beradat Melayu, berbahasa Melayu, “ tiga tungku sejerangan,” atau disebut juga “ tali berpilin tiga,” menjadi tuntunan bersebati dengan tunjuk ajar orang melayu.

Orang Melayu penganut Islam yang taat “jarang saat ini kita mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Quran dari rumah kerumah melewati sebuah kampung di kala senja sehabis maghrib, saat melewati jalan-jalan di perkampungan, Sedih rasanya, menahan pilu air mata.

Nilai-nilai warisan zaman, orang melayu, seperti permainan tradisional. Permainan congkak, setatak, kelereng, cakbur, tang-tang buku, tonggak dingin, kaki panjang, yaoma-yaoma, gaseng, seni lakon, main lukah, menetau, wayang bangsawan, seni lakon mendu, bakoba, bagandu, tak pernah kita lihat lagi, membuat kerinduan yang berguguran seperti daun ditiup angin. Saya rasa orang tidur, orang lumpuh jadi sehat, Orang beramai-ramai datang, saat budaya ini dibangkitkan kembali.

Nilai ketaatan, budi pekerti, karakteristik, bahkan kepribadiana seseorang dalam tunjuk ajar melayu dalam mengasuh dan membimbing anak untuk Mengembalikan budaya dan potensi puak yang beradat, beradab, pada hakikatnya menjadi sebuah keniscayaaan karena adanya muatan budaya masa silam (budaya warisan), nilai-nilai tempatan, sebagai sumber inspirasi.

.

Penulis : Budi Hermanto
Pemerharti Komunikasi Budaya Melayu

.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version