Headlines

Gencatan Senjata 4 Hari Tidak Cukup, Warga Gaza Hidup Dalam Kondisi Tragis

Setiap kali dia pergi ke sana, dia berharap bisa mendapatkan tepung untuk menyediakan roti bagi anak-anaknya yang kelaparan.

Published

on

Images : Kondisi pembagian roti di Gaza / Wafa

Membumi.com

Gaza (25/11/23) – Hidup dalam kondisi tragis karena menghadapi pemboman tanpa pandang bulu akibat penghancuran rumah – rumah penduduk sehingga mereka tidur dijalan – jalan, gedung – gedung publik dan pusat penampungan. Saat ini masyarakat di jalur Gaza rentan kelaparan dan penyakit.

Warga Gaza kekurangan segala sesuatu, termasuk obat-obatan, pengobatan, makanan, dan air. Mereka juga kekurangan bahan bakar, dan hidup tanpa listrik sejak dimulainya agresi pada (7/10/23).

Hal tersebut memaksa mereka menggunakan metode primitif untuk mendapatkan makanan dan roti sehari-hari dengan menggunakan api, kayu, dan apa pun yang bisa dinyalakan untuk mengatasi krisis tersebut.

Mustafa Ahmad meninggalkan rumahnya saat fajar, berharap dia bisa mendapatkan tempat yang baik di depan titik distribusi tepung Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Dimana dia telah pergi beberapa kali, tetapi karena kepadatan yang parah dia pulang ke rumah dengan tangan hampa.

Setiap kali dia pergi ke sana, dia berharap bisa mendapatkan tepung untuk menyediakan roti bagi anak-anaknya yang kelaparan.

Ahmad tidak sendirian. Dalam upaya untuk memanfaatkan setiap menit gencatan senjata kemanusiaan, warga Gaza berusaha memperoleh tepung dan bahan makanan lain yang tersedia dari pasar atau melalui titik distribusi bantuan dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan.

Mereka takut, ketika perang berlanjut setelah gencatan senjata berakhir, pergerakan akan menjadi sulit.

Sejak awal perang di Gaza, seluruh penyeberangan di Jalur Gaza ditutup, dan tidak ada barang atau bahan bakar yang masuk. Listrik padam total, semua persediaan makanan habis dari toko-toko, bahkan bahan-bahan buatan lokal pun tidak ada lagi setelah semua pabrik berhenti beroperasi akibat pemboman Zionis Israel.

Ahmad mengatakan walaupun pabrik tersebut kembali beroperasi. Namun jumlah produksi jauh lebih kecil dari normalnya.

“ Untuk memperoleh tepung sangatlah sulit, terutama karena satu-satunya pabrik yang beroperasi di Jalur Gaza, yang terletak di kota Deir al-Balah, dibom dan berhenti beroperasi. “

Ketika Jalur Gaza berhenti memproduksi tepung, mereka hanya punya tepung yang disediakan oleh UNRWA, yang seharusnya didistribusikan ke toko roti.

Kurangnya gas untuk memasak, menyebabkan semua toko roti berhenti, sehingga masyarakat harus memperoleh tepung untuk membuat roti sendiri di rumah dengan menggunakan cara primitif yaitu menggunakan kayu bakar atau arang.

Yasser Abu Halib mengatakan, “ mengingat tingginya permintaan tepung yang disediakan oleh UNRWA, mengharuskan warga datang ke pusat-pusat tersebut dengan menunjukkan kartu identitas, yang didistribusikan sesuai dengan jumlah anggota keluarga. “

“ Pusat-pusat ini menjadi sangat ramai, dan orang-orang menunggu. Selama dua atau tiga hari dan tidur di lantai sampai mereka dapat memperolehnya. ”

Dia menekankan, bahwa jika masyarakat pergi ke toko untuk membeli kebutuhan mereka, mereka hanya akan menemukan sedikit bahan makanan selain harganya yang sangat mahal.

Direktur laboratorium pabrik tepung, Ihsan al-Farra, mengatakan, “ pabrik tersebut telah bekerja sejak awal perang untuk menyediakan tepung kepada masyarakat dengan harga yang sama dengan harga jual sebelum perang dan tidak mencoba mengeksploitasi keadaan.

Namun dengan ditutupnya penyeberangan dan ketidakmampuan mereka mengimpor gandum berkualitas tinggi, serta kehabisan bahan bakar, sebagian besar pabrik terpaksa menghentikan produksinya.

Dia mengatakan, bahkan pabrik yang mampu beroperasi pun dibom oleh artileri Zionis Israel, dan akhirnya terhenti, hingga sebagian kembali lagi bekerja, namun hanya bisa memenuhi sebagian kecil dari kebutuhan.

.

Source : Palestinian News & Information Agency-WAFA

.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version