Entertainment

Aktivis 98 Sebut Megawati Udah Seperti Aktor Utama Drama Korea

Published

on

Images : Bagus Taradipa

Membumi.com

Jakarta – Megawati Sukarno Putri yang dalam pidatonya merasa jengkel dengan Penguasa yang bertindak seperti Orde Baru, meluapkan amarahnya dihadapan ribuan kader dan simpatisan PDIP dalam acara Rakornas Relawan Ganjar – Mahfud Se Pulau Jawa (27/11/23).

“ Mestinya Ibu gak boleh ngomong gitu, tapi Ibu sudah jengkel, tahu gak kenapa ? Republik ini penuh dengan pengorbanan, “ ungkap Mega penuh amarah di JI Expo Kemayoran.

“ Tahu tidak ? mengapa sekarang kalian yang baru berkuasa itu mau bertindak seperti waktu zaman Orde Baru, “ sebut Mega sambil mempertanyakan keberanian kader dan simpatisannya.

“ Berani tidaak !? Berani tidaak !? berani tidaak !? merdekaa ! merdekaa ! merdekaa ! menang Ganjar Mahfud satu putaran ! ungkap Mega didepan Pengurus Partai dan Simpatisan 03.

Baca : Megawati Sindir Pihak yang Haus Kekuasaan: Mau Bertindak Seperti Orde Baru ?

Persoalan luapan amarah Ketua Umum PDIP ini kemudian dibahas dalam Indonesia Lawyer Club (ILC) yang mana Karni Ilyas mengungkapkan bahwa dirinya belum pernah melihat Pimpinan Partai Moncong Putih semarah itu.

” Panda Nababan, apa memang sudah mirip Orde Baru Jokowi ini ? ” tanya Karni Ilyas dalam YouTube Channel Indonesia Lawyers Club (ILC) dengan viewers 5,17 M tersebut.

“ Jadi gini bung Karni, ini terlampau jauh ditafsirkan, pemahaman yang dikatakan Orde Baru tadi sampai ke cerita yang dikatakan Nusron itu, yang menjadi inti keinginan dan maksud daripada Ibu Mega mengingatkan peristiwa Mahkamah Konstitusi, “ sebut Panda Nababan.

“ Itu brutal, itu seperti Orde Baru, diinjak-injak institusi hukum, gitu loh, Itu sebenarnya warning, apa yang dimaksudkan oleh Ibu Mega, itu mengingatkan gitu loh, “ sebut senior PDIP tersebut.

Baca : MKMK Berhentikan Anwar Usman dari Jabatan Ketua Mahkamah Konstitusi

“ Bisa bayangkan gak Mahkamah Konstitusi bisa diperlakukan seperti itu ? bisa diatur sedemikian rupa, bisa dipengaruhi sesukanya, untuk maksud-maksud tertentu, karena ada kepentingan tertentu, itu dulu, “ sebut Panda Nababan menjelaskan.

” Bukan cerita kemudian Orde Baru ditafsirkan apa sekarang sentralisasi kekuasaan, ada apakah ini begini dan segala macam bukan itu, ” sebut Politisi Senior PDIP tersebut.

Panda Nababan mengatakan bahwa 2 minggu yang lalu Megawati sudah bicara soal Mahkamah Konstitusi, karena sudah punya pengalaman politik, Mega berkewajiban memberikan warning kepada Bangsa Indonesia.

“ Terus terang, ini menjadi satu peringatan keras ! sebut Panda Nababan menjelaskan soal yang dimaksud soal Gaya Orde Baru.

Baca : Anwar Usman Dicopot dari Ketua MK, Megawati: Terima Kasih Pak Jimly

“ Gak menghargai hukum, menginjak-nginjak hukum, institusi yang begitu tinggi dan mulia, kemudian Ketuanya harus dicopot dengan pelanggaran etik berat, gitu loh, “ sebut Senior PDIP agar tidak melebar kesana kemari.

Lebih lanjut Karni Ilyas juga menanyakan soal Mega yang menyorot tekanan terhadap PDIP, dan dijawab Panda Nababan dengan mempertanyakan yang terjadi di Karanganyar dan pengerahan para para Kepala Desa serta persoalan para Petinggi Polri.

” Ada 100 sekian Kepala Desa dipanggil Polres, diperiksa dan memanggilnya itu melalui Kepala Dinas dan Kepala Dinas meneruskan ke Camat dan sebagainya, ” sebut Panda Nababan.

” Padahal kalau peristiwa Pidana itu orang per orang yang diapakan, bukan paket satu dua, ” tegasnya.

” Jaksa Agung tanggal 11 November yang lalu sudah membuat satu pernyataan di depan Komisi 3 DPR, bahwa semua perkara – perkara yang berkaitan dengan para pelaku dan sebagainya yang ada hubungannya dengan Pemilu itu semua ditunda, ini berjalan terus, ” tanya Panda Nababan.

Baca : Bawaslu Didesak Usut Tuntas Dugaan Pelanggaran Pengerahan Aparat Desa

Lebih lanjut Senior PDIP tersebut juga merasa prihatin kondisi Kepolisian RI saat ini, ” kenapa saya bilang prihatin kepada polisi ? sebab dalam kepemimpinan Kapolri sekarang dari mulai 2021 banyak peristiwa-peristiwa yang fantastis dan masalah yang bombastis dan juga masalah yang memalukan, ” ungkapnya.

Panda Nababan mempertanyakan yang terjadi pada sejumlah perwira tinggi Polri seperti kasus Sambo, seperti kasus Tedy Minahasa dan kasus Napoleon,

Senior PDIP tersebut mengungkapkan Kapolri harusnya introspeksi dan melakukan konsolidasi. Ia juga menyoroti petinggi Polisi yang menempati di banyak institusi, ” di Kumham itu ada dua, ada tiga di kelautan, ada di Mendagri, ada tiga Belum lagi kepala BIN, belum lagi macam-macam Polisi Polisi Polisi, ” sebutnya.

Senior PDIP menjelaskan bahwa hal tersebut adalah warning terhadap tenaga Polisi profesional yang digunakan di luar institusi Polri, sekaligus menjadi peringatan untuk mereka yang benar – benar menghormati UU kepolisiannya, menghormati Tripatranya.

Baca : Penangkapan Para Jenderal Polisi

Salah seorang aktivis 98 yang juga nonton acara ILC tersebut juga mengomentari soal kemarahan Ketua Umum PDIP tersebut.

” Jujur, saya kehilangan figur ibu Mega, seharusnya gak sensi dan baperan begitu, jadi wajar saja Ibu Mega sekarang udah seperti aktor utama dalam drama Korea, ” ungkap Bagus Taradipa terkekeh (2/12/23) pagi.

Diakhir tanggapannya Bagus juga mengungkapkan bahwa melihat kondisi dunia persilatan hari ini, ibaratnya Megawati emosi karena ditinggal Bus. Nah.

.

.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version