Pekanbaru – Sebagaimana dalam sesi pertama (10/12/23) diskusi bersama DR. M. Rakib yang membahas persoalan pendidikan terkait rendahnya pengeluaran pendidikan dari rumah tangga memiliki konsekuensi tingginya ketimpangan pendidikan dan sebaliknya.
Maka dalam sesi kedua ini DR. M Rakib yang juga merupakan calon legislatif dapil Riau 2 ini akan membahas tentang akses dan pemerataan pendidikan di provinsi Riau.
Sebagaimana kita ketahui pemerintah masih mempunyai banyak PR agar anak – anak kita pergi menimba ilmu ke sekolah dibarengi dengan akses pendidikan yang mudah dan terjangkau terutama didaerah daerah terpencil.
” Contoh fakta ditahun 2021 kmaren, masih ada anak – anak kita yang pergi menuju sekolah musti melewati sungai dengan seutas tali bergantungan seperti flying fox di daerah Kuntu Kampar kiri, ” ungkap DR. M Rakib menjelaskan.
Barulah setelah viral mantan Bupati Kampar Catur Sugeng beserta jajaran langsung meninjau akses menuju SD 011 Kuntu Darusallam karena persoalan tersebut sudah viral dan diberitakan media, sebut DR. M Rakib.
” Walaupun disebutkan selain menyebrangi sungai terdapat akses lain menuju SD 011, namun persoalan akses yang baik menuju tempat menimba ilmu anak – anak ini wajib kita perhatikan, ” ungkap DR. M Rakib.
” Provinsi Riau ini luas, tidak semuanya daratan. Contoh didaerah pesisir seperti beberapa wilayah di Kabupaten Inhil yang banyak anak – anak sungainya dan terpencil. Inilah yang sangat membutuhkan perjuangan di Senayan, “ ungkap Caleg DPR RI Partai Ummat ini menambahkan.
DR. M Rakib juga memberikan beberapa contoh terkait persoalan akses pendidikan yang berkolerasi dengan berbagai faktor, seperti kemiskinan dan fasilitas pendidikan yang kurang memadai membuat dirinya tergerak untuk membantu memperjuangkan aspirasi masyarakat Riau.
” Persoalan itu menjadi kompleks akibat berkaitan dengan mutu dan kualitas pendidikan yang disalurkan oleh tenaga pengajarnya yang secara ekonomi masih belum dihargai dengan wajar, ” sebut DR. M Rakib menguraikan.
Secara umum DR. M Rakib mengungkapkan bahwa kualitas pendidikan Indonesia berdasarkan hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2022 menempati peringkat ke 74 dari 79 negara peserta. Itu artinya kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat belum memadai.
Untuk dapat diketahui, dari data statistic Indonesia terdapat 704.503 orang guru honor sekolah, hal tersebut setara dengan 24 % dari total guru di Indonesia. Sebanyak 401.182 orang merupakan guru tetap yayasan (GTY) dan 141.724 orang merupakan guru tidak tetap (GTT) yang tersebar di Kabupaten Kota.
Persoalan tersebut musti benar – benar diperhatikan dan diperjuangkan, sebab penuh dengan kompleksitas dan tantangan, karena meliputi berbagai aspek, mulai dari akses, kualitas, hingga pemerataan pendidikan, sebut Caleg DPR RI dari Partai Ummat ini sambil menutup dengan sebait pantun.
” Kalau ingin mencari kutu, jangan disuruh, jangan sampai berlama-lama..
Kalau ingin pendidikan bermutu, gandengkan keterampilan dengan citarasa agama ”
” Kalau Tuan mencari kutu, jangan coba sambil tertawa…
Kalau ingin pendidikan bermutu, tangan terampil hati bertaqwa. ”