OPINI
Menyoal Gajah Dipelupuk Mate Sambil Menanti RUPS

Ketika Isu TNI dikerahkan untuk menjage Kejaksaan Agung tentulah hal itu mengundang banyak asumsi dalam benak netizen, ” ape yang sebenarnye terjadi ? apakah kisah cicak Vs buaye jilid 2 balek tayang ? yang jelas pilem dah main, moh kite duduk yang manis sambil mengentam goreng pisang. Mari kite bedal.
Ade beberape isu penegakan hukum yang menggelinding di Gedung Bundar dalam waktu berdekatan. Yang pertame masalah uang keamanan Situs Judi Online (Judol) yang tertangkap basah disimpan dalam sejumlah felling cabinet Kominfo yang dipimpin oleh Sang Ketum.
Dikutip dari Tempo, bahwa dalam sidang pertama yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (16/05/25) sejumlah nama orang dalam Kominfo didakwa terlibat dalam perkara Suap dari kasus Situs Judol yang seharusnya diblokir, dan disebutkan bahwa sang Ketum dialokasikan dapat jatah 50%.
Walaupun Sang Ketum membantah, menurut saye itu wajar – wajar saja, namun menurut akal sehat tak mungkinlah tuan rumah tak tau menahu kalau dirumah dio sedang ado pesta durian. Mustahil.
Untuk dapat diketahui, bahwa berdasarkan data dari PPATK, duit perputaran Judi Online tahun lalu itu sikit nyo, cumo Rp. 981 Triliun dan diperkirekan tahun 2025 mencapai Rp. 1.200 Triliun. Itunglah tu brapo duit 50 % tu jika dibelanjakan membangun pabrik kerupuk sanjai untuk mendukung program hilirisasi, atau hanya sekedar untuk menutupi APBD Riau yang konon katanya defisit itu.
Yang lucunya, diantara sejumlah kasus Gajah itu, terselip isu Dirut PT. BSP diperiksa di Kejagung bukan terkait soal penjualan minyak mentah, yang kemudian dibantah oleh Ardian Ardi yang menggantikan Riky Hariansyah yang konon tecampak akibat beda dukungan politik dalam pilkada Kabupaten Siak kemarin.
Samelah dengan kisah Sang Ketum tadi, menurut saye wajar – wajar saja jika hal itu dibantah meskipun penyidik di Gedung Bundar masih membolak balik LHP BPK jadul sambil menunggu laporan audit tahun – tahun berikutnya terutama terkait kasus pipa pecah.
Jadi Buk Afni, jangan segan – segan untuk segera mengadakan RUPS, sebab semakin lamo sawah ladang kito diurus same orang yang tak paham mengelola, make kasus bengkak nya kerugian negara dalam hal ini persis macam pasien sakit gule yang sedang menunggu tindakan untuk segera diamputasi kalau masih mau hidup.
Segera lah buat RUPS tu di Riau, usah di Jakarta lagi, supaye dapat tempias jugelah hotel dan restoran kite ni. Saye pun teringat pandangan seorang guru besar ilmu politik yang menjelaskan soal ” Apa bedanya orang penipu dengan orang licik !? ” jawabannya adalah, keduanya sama – sama tidak bisa dipisahkan, dan biasanya korbannya adalah orang yang dekat. Nah.
Penulis :
Said Lukman – Tokoh Masyarakat Riau
.
.
.
.
.